Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VII DPR RI, Nila Yani Hardiyanti, menyoroti perkembangan industri film animasi di Indonesia yang dinilai memiliki potensi besar, namun masih menghadapi tantangan dalam hal kualitas dan standar kelayakan tayang.
Dalam rapat bersama Kementerian Ekraf, Nila menyampaikan apresiasinya terhadap keberhasilan film ‘Jumbo’, yang menjadi salah satu film terlaris di Indonesia.
Baca: Ganjar Ajak Kader Banteng NTB Selalu Introspeksi Diri
“Pasar film animasi di Indonesia ini sangat besar dan luas sekali. Terbukti dari film Jumbo yang menjadi film terlaris keempat di Indonesia dengan rating 8,4 per sepuluh,” ujar Nila dalam Raker Komisi VII bersama Menteri Ekraf, Kamis (6/11).
Namun, ia juga menyinggung polemik yang muncul setelah perilisan film “Merah Putih One for All”, yang sempat ramai dibicarakan publik karena menuai kritik terkait kualitas animasi, grafis, dan durasi.
“Film ini awalnya sudah dinyatakan lolos tayang di bioskop, namun tiba-tiba dibatalkan. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme yang kurang bijaksana dalam proses standarisasi kelayakan tayang,” tambahnya.
Nila mendorong pemerintah untuk memperkuat sistem penilaian dan pengawasan terhadap film animasi, terutama karena segmen penontonnya didominasi oleh anak-anak dan keluarga.
“Kita harus berhati-hati dalam memfilter film animasi yang layak tayang. Selain mencari keuntungan, kita juga memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan tontonan yang mendidik bagi anak-anak,” tegasnya.
Ia berharap lembaga terkait dapat lebih serius membina dan mendukung insan perfilman animasi agar Indonesia bisa menghasilkan karya berkualitas yang tidak hanya sukses di pasar domestik, tetapi juga dapat bersaing di tingkat global.
“Jangan sampai lembaga-lembaga kita terlihat tidak serius dalam membangun perfilman animasi nasional,” tutupnya.
Baca: Mengenal Sosok Ganjar Pranowo. Keluarga, Tempat Bersandar
Seperti diketahui bila Film Jumbo menjadi bukti bahwa animasi lokal dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Keberhasilan ini diharapkan menjadi momentum bagi sineas muda untuk terus mengembangkan karya kreatif yang mengangkat nilai-nilai lokal dan edukatif.
Namun, polemik seperti yang terjadi pada Merah Putih One for All menjadi pengingat pentingnya regulasi yang jelas dan konsisten, agar karya anak bangsa dapat berkembang tanpa menimbulkan kontroversi di kalangan publik.
















































































