Ikuti Kami

Ono Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Cirebon

Pancasila sudah disepakati sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Diharapkan bisa menjadi solusi atas persoalan rakyat.

Ono Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Cirebon
Anggota DPR RI, Ono Surono

Cirebon, Gesuri.id – Anggota DPR RI, Ono Surono, menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, di GOR Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (4/3).

“4 pilar kebangsaan ini merupakan pemersatu yang menjaga masyarakat Indonesia di tengah keberagaman, sehingga sosialisasi ini harus dilakukan terus menerus. Pancasila tidak sekadar dihafalkan, tapi harus menyatu dalam prikehidupan setiap warga negara,” tegasnya

Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat ini menyampaikan pentingnya mengaplikasikan empat pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari bagi warga negara Indonesia. Pancasila sudah disepakati sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Diharapkan bisa menjadi solusi atas persoalan rakyat.

Baca: Thosibae Salurkan Bantuan Lima Unit Perahu di Kelurahan Panamas

“Pancasila harus bisa dijadikan sebagai ideologi yang membumi. Yang bisa bergerak dan bisa diaplikasikan dalam keidupan sehari-sehari, ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Yang saat ini pancasila terus menerus diganggu,” terangnya

Menurutnya, Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika menjadi kunci pedoman dalam membangun karakter bangsa.

“Mari kita menjaga bangsa ini dengan selalu menjaga nilai-nilai kebangsaan. Gotong royong dan toleransi harus terus kita rawat dan pelihara di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, kata Ono Surono, Cirebon adalah tempat yang sesuai dengan ruh Bhineka Tunggal Ika, dibumikannya spirit nilai 4 pilar kebangsaan sejak dulu hingga sekarang.

Sehingga, Cirebon sangat tepat sebagai tempat dilakukannya kegiatan ini. Mengingat, Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati juga berpesan agar menjaga atau menitipkan Tajug lan Fakir Miskin. Perihal makna tersebut juga, lanjut Ono, tertuang dalam UUD 1945 dan di dalam Pancasila.

“Ingsun titip tajug lan fakir miskin, kalimat yang sarat makna yang diwasiatkan oleh Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, khususnya daerah Cirebon, agar generasi berikutnya untuk tidak melupakan masjid dan fakir miskin,” terangnya

Ono menerangkan, kadar religiusitas sebuah daerah dapat terukur secara objektif, dengan memperhatikan tempat-tempat ibadah, juga penyediaan pelayanan publik di bidang sosial kemasyarakatan untuk warga merupakan ukuran nilai religiusitas itu sendiri.

Baca: Said Ajak Masyarakat Tak Hancurkan Citra Ditjen Pajak & Bea Cukai

Dikatakannya, selain menitipkan tajug (musholah/ masjid), Sunan Gunung Jati mengingatkan juga kepada fakir miskin. Pada dasarnya manusia ketika hidup di dunia memang selain beribadah kepada Allah SWT juga sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

“Tajug ini sesungguhnya memiliki misi menangkal Islam radikal atau trans-nasional, yang bertolak belakang dengan Pancasila yang menghargai keberagaman. Dan masyarakat tajug ini merupakan embrio basis dakwah Islam yang ramah, yang dibawakan oleh wali songo,” paparnya

Dalam hal memperhatikan Fakir Miskin ini, Ono Surono mencontohkan program-program kerakyatan dari Pemerintah yang menyentuh langsung ke penerima manfaat tersebut. Seperti halnya Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan sebagainya.

“Semangat persatuan, toleransi dan keberagaman dalam masyarakat Cirebon ini harus terus diperkuat, melalui nilai-nilai 4 pilar kebangsaan ini, sehingga amanat titip tajug lan fakir miskin merupakan Benteng Ketahanan NKRI,” pungkasnya.

Quote