Ikuti Kami

Para Penolak Valentine Jangan Gunakan Kedok Budaya Indonesia

Para penolak Valentine agar membuka identitas mereka yang sejatinya berpaham Wahabi-Salafi.

Para Penolak Valentine Jangan Gunakan Kedok Budaya Indonesia
Sekjen Satu Pena, Kanti W Janis. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Sekjen Satu Pena, Kanti W Janis turut menanggapi penolakan sebagian orang terhadap perayaan Hari Valentine karena menganggapnya sebagai bukan budaya Indonesia. 

Baca: Saatnya Pendidikan Kesetaraan Gender Masuk Kurikulum Sekolah

Kanti meminta para penolak Valentine itu tidak menggunakan 'kedok' budaya Indonesia dalam penolakannya. Ia menyarankan para penolak Valentine untuk membuka identitas mereka yang sejatinya berpaham Wahabi-Salafi.

"Tolong diperjelas aja, ini bukan budaya Wahabi Salafi, enggak usah mengatasnamakan Indonesia. Bikin muak!" tegas Kanti.

Anggota Balitbang PDI Perjuangan itu mengritik para penolak Valentine itu, yang disatu sisi mengaku membela 'budaya Indonesia', namun disisi lain gemar melecehkan agama asli Nusantara yang banyak dianut masyarakat adat.

"Ironisnya, mereka yang paling ribut ini itu bukan budaya Indonesia, paling getol melecehkan kepercayaan masyarakat adat," ujar Kanti di akun Facebooknya, Sabtu (15/2). 

"Dari dulu Nusantara terbuka pada segala budaya yg baik. Tapi banyak yang ngelunjak!" tambahnya.

Baca: Sigit Minta Perayaan Valentine Tidak Disalahartikan

Kanti juga menyampaikan sindiran pada para penolak Valentine itu dengan menyinggung kasus prostitusi di kawasan Puncak, Jawa Barat yang banyak melibatkan orang-orang dari Timur Tengah. 

"Budaya kita emang bukan Valentine's, tapi prostitusi berbungkus kawin kontrak di Puncak," sindirnya.

Quote