Ikuti Kami

Pemerintah Diminta Turun Tangan Stabilkan Harga

Pemerintah untuk melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menstabilkan harga sembilan bahan pokok (sembako) saat Ramadan. 

Pemerintah Diminta Turun Tangan Stabilkan Harga
Anggota Komisi IV DPR RI Rahmad Handoyo.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Rahmad Handoyo mendorong pemerintah untuk melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menstabilkan harga sembilan bahan pokok (sembako) saat Ramadan. 

Menurutnya, hal ini merupakan masalah tahunan yang wajar karena memasuki puasa hingga menjelang Lebaran kebutuhan dan konsumsi masyarakat terhadap pangan meningkat.

Baca: Blusukan ke Pasar Pelem Gading, Presiden Borong Sembako

“Kenaikan harga seharusnya sudah bisa diantisipasi oleh pemerintah dan petani, jika menjelang bulan Ramadan maka kebutuhan-kebutuhan pangan sudah disiapkan oleh mereka. Sehingga pada saat seperti sekarang ini tidak mengganggu psikologis pasar kita,” ujar Rahmad  di Jakarta, Rabu (8/5).

Ia menilai, pembentukan Satgas Pangan dinilai perlu untuk dibentuk guna memastikan tidak adanya pelaku usaha yang memanfaatkan kesempatan dengan menimbun stok berlebihan. 

“Kartel itu dilarang. Maka perlu ada penegakan hukum, tanpa itu tidak akan efek jera bagi pelaku. Maka berhati-hatilah bagi pelaku usaha pangan kita, jangan sekali-kali melakukan penimbunan di saat-saat seperti ini karena itu pidana,” tegas Rahmad.

Guna menstabilkan kenaikan harga, operasi pasar dinilai menjadi solusi. Tidak hanya itu, dibukanya keran impor juga dapat menjadi jalan tengah mengatasi permasalahan ini. 

Menurut politisi Fraksi PDI Perjuangan ini,  impor bisa dilakukan jika memang diperlukan, tetapi waktunya harus tepat dan harus bisa melindungi para petani.

Baca: Dinas Perdagangan Papua Diminta Pantau Harga Sembako

“Impor itu adalah amanah rakyat. Impor adalah amanah Undang-Undang, dibolehkan dengan catatan, misalnya ketika stok pangan kita tidak ada atau menipis, harga-harga melambung sementara produksi kita belum siap untuk distribusikan karena belum panen. Misalnya bawang putih, 90 persen itu kita belum cocok untuk menanam itu sehingga kita harus impor,” ujarnya.

Quote