Ikuti Kami

Putra: Bung Karno Pimpin Pembangunan Monas, Jangan Dirusak

Monas adalah simbol kebesaran negara yang dibangun di era Bung Karno.

Putra: Bung Karno Pimpin Pembangunan Monas, Jangan Dirusak
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jakarta Timur, Putra Nababan. (Foto: Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id -  Proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merevitalisasi kawasan Monumen Nasional (Monas) terus menuai kecaman berbagai pihak termasuk dari Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jakarta Timur, Putra Nababan. Dia mengecam upaya revitalisasi tersebut terlebih setelah 190 pohon rindang yang hidup disana ditebas habis. Apalagi Monas adalah simbol kebesaran negara yang dibangun di era Bung Karno.

"Saya meminta agar proyek revitalisasi ini segera dihentikan karena sudah merusak simbol kebesaran bangsa," katanya serius. 

Baca: Prasetyo Tekankan Revitalisasi Monas Bukan Tebang Pohon

Putra mengatakan, tindakan revitalisasi yang dilakukan Pemprov ini terbukti dilakukan tanpa perencanaan yang matang sehingga terkesan asal-asalan mengejar target lomba mobil formula E yang akan digelar pada Juni mendatang.

"Gubernur Jakarta tidak paham bagaimana dulu Bung Karno lah yang memimpin langsung pembangunan simbol kebesaran negara tersebut dengan konsep yang matang dengan area ruang terbuka  hijau yang luas. Akibat ketidakpahaman sisi historis tersebut membuat pohon ditebas begitu saja," katanya. 

Menurut Putra, Monas dibangun di masa-masa  terakhir  pemerintahan Bung Karno sebagai suatu legacy untuk bangsa ini. Karena itu sebagai generasi penerus, Monas harus dijaga dengan baik dan tidak dirusak sembarangan. "Jangan jadi bangsa  yang melupakan sejarah. Kita harus arif jika  ingin melakukan upaya revitalisasi suatu tempat,” ujarnya. 

Sebagai kader PDI Perjuangan, Putra mengingatkan kepada Gubernur Jakarta, untuk mengedepankan politik hijau, politik yang memperhatikan kelestarian lingkungan. "Jangan hanya karena kepentingan kelompok tertentu, Gubernur melakukan tindakan revitalisasi seenaknya bahkan masterplan revitalisasi Monas tidak pernah dibuka untuk publik," ujarnya. 

Putra menyebut bahwa  setiap kepala daerah dari PDI Perjuangan terus diingatkan agar mengedepankan politik hijau yang memperhatikan lingkungan. Karenanya kepala daerah dari banteng selalu fokus membuat taman kota, hutan kota dan bahkan kebun raya. "Ibu Mega sudah berpesan untuk memperkuat gerakan politik linngkungan dengan kesadaran bersama. Sungguh nyaman jika  lingkungan hidup kita bersih. Sungai dan selokan menjadi bersih, dilengkapi dengan taman-taman yang indah," kata Putra mengenang pesan Ibu Megawati Soekarnoputri. 

Di sisi lain, Putra juga menyesalkan langkah Pemprov DKI Jakarta yang tidak terlebih dulu meminta arahan kepada pihak Sekertariat Negara sebelum melakukan revitalisasi tersebut. Akibatnya banyak pihak terkaget-kaget saat tahu kondisi Monas sudah gundul.

"Pembangunan revitalisasi kawasan Monas tersebut harus tetap mengacu pada Keputusan Presiden (Keppres) nomor 25 tahun 1995 tentang Pembangunan Kawasan Medan Merdeka di Wilayah Daerah Khusus Ibu kota. Gubernur Jakarta tidak boleh main tebas  begitu saja. Dalam aturan jelas  disebutkan bahwa setiap perubahan tata letak atau tata  ruang Monas harus dapat izin dari Kementrian Sekretariat Negara (Kemensetneg)," katanya. 

Karenanya Putra meminta agar Pemprov  DKI menyetop semua kegiatan revitaliasi untuk sementara sampai ada kejelasan seperti apa rencana revitalisasi kawasan itu dilakukan. Dia ingin melihat  apakah Pemprov DKI benar-benar menjalankan politik hijau atau tidak. "Pohon di Monas itu sudah rindang dan bagus. Kenapa dibabat jadi sampai gersang. Itu butuh puluhan tahun agar bisa menjadi rindang kembali. 

Monas memiliki status sebagai cagar budaya sehingga tidak boleh sembarangan dalam melakukan revitalisasi. Makanya perlu ditinjau lagi konsep, kajian dan rencana induknya seperti apa," katanya.

Pembangunan Monas yang megah diprakarsai langsung oleh Presiden Soekarno awal tahun 1960-an. Entah berapa kali Presiden Soekarno mendatangi proyek monumental ini. Dia selalu didampingi sang arsitek, sekaligus sebagai direksi pelaksana. Perhatian Bung Karno terhadap pembangunan Monas sangat  besar mengingat dia sebagai ketua umum proyek.

Baca: Saat Revitalisasi Monas, Djarot Berkoordinasi Dengan Setneg

Saat-saat sibuknya pembangunan Monas awal 1960-an, presiden pertama RI itu membuat pernyataan tertulis yang ditujukan kepada seluruh bangsa: ”Kita membangun Tugu Nasional untuk kebesaran Bangsa. Saya harap, seluruh Bangsa Indonesia membantu pembangunan Tugu Nasional ini.”

Monas dengan tugu setinggi 115 meter dengan lidah api berbentuk kerucut tinggi 14 meter, pada saat musim liburan sekarang ini ratga-rata dikunjungi tidak kurang 5.000 orang per hari. Sedang di akhir  pekan pengunjungnya membludak hampir 10 ribu orang. Tidak heran pengunjung harus rela antre antara dua sampai tiga jam untuk menaiki puncak Monas sambil menikmati pemandangan seluruh Ibu Kota dan Jabotabek

Quote