Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi l DPR RI, Rudianto Tjen, menegaskan Indonesia harus memperkuat kemandirian sektor pangan dan energi agar tidak mudah terpukul oleh ketidakpastian dan instabilitas global yang semakin meningkat.
Ia menyebut kemandirian sebagai fondasi penting bagi ketahanan nasional, terutama ketika konflik geopolitik dunia terus memanas.
"Seminar ini membahas isu-isu penting terkait kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang sedang kita hadapi saat ini," kata Rudianto Tjen dalam video Diskusi Akhir Tahun KAMAKSI yang digelar bersama Poros Jakarta dengan dukungan Telkom, Sabtu (6/12).
Rudianto berharap diskusi tersebut dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan bangsa di tahun mendatang.
“Saya berharap refleksi ini menjadi awal baru untuk meningkatkan semangat dan komitmen dalam membangun Indonesia secara utuh dan lebih baik,” ucapnya.
Ketua KAMAKSI, Joko Priyoski, memaparkan bahwa upaya swasembada merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan begitu, Indonesia akan lebih tangguh menghadapi gejolak ekonomi dan politik dunia.
Rudianto menyoroti meningkatnya tensi geopolitik internasional akibat konflik antarnegara.
“Sekarang banyak negara berperang. Kalau konflik ini merembet ke Eropa, dampaknya bisa terasa hingga Indonesia,” jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa perang dapat mengganggu arus transportasi barang yang selama ini menjadi penopang pasokan komoditas impor.
“Kalau kita terlalu bergantung pada impor, kita bisa tidak sanggup membayar harga BBM yang meroket,” tegasnya.
Meski kerap disorot, Joko menyebut kelapa sawit sebagai sumber daya bernilai besar yang berpotensi mendukung kemandirian energi nasional.
“Kita punya kelapa sawit yang bisa jadi BBM, solar, bahkan bensin. Teknologinya sudah ada,” ujarnya.
Selain ketersediaan bahan baku, Joko menekankan perlunya kesiapan teknologi pengolahan dan kapasitas industri.
“Kalau teknologinya tidak disiapkan, kita akan kewalahan saat krisis,” jelasnya.
Ia juga menyinggung kondisi kelangkaan BBM saat bencana banjir dan longsor melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Distribusi energi terhambat akibat rusaknya akses jalan dan jembatan.
“Di wilayah bencana itu, BBM sulit masuk. Jembatan putus, sehingga BBM harus dikirim dengan pesawat atau kapal,” ungkapnya.
Terkait bencana tersebut, Joko menyatakan bahwa kondisi itu menjadi ujian bagi pemerintah dan masyarakat. Ia memastikan bahwa berbagai upaya pemulihan terus dilakukan untuk menjaga ketersediaan energi bagi warga terdampak.
Diskusi Akhir Tahun KAMAKSI ini menjadi ruang refleksi sekaligus pengingat bahwa kemandirian energi dan pangan merupakan kebutuhan mendesak agar Indonesia dapat bertahan di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.

















































































