Ikuti Kami

Sofwan Dedy: Longgarkan Regulasi Supaya Wisatawan Betah Berlama-Lama

Ketika likuiditas bertambah, kesejahteraan masyarakat otomatis meningkat.

Sofwan Dedy: Longgarkan Regulasi Supaya Wisatawan Betah Berlama-Lama
Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI, Sofwan Dedy Ardyanto.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI, Sofwan Dedy Ardyanto menjelaskan perputaran ekonomi dari sektor pariwisata sangat sederhana, yaitu semakin banyak wisatawan datang, semakin banyak uang yang berputar di daerah.

“Kuncinya longgarkan regulasi supaya wisatawan betah berlama-lama di sini. Ketika likuiditas bertambah, kesejahteraan masyarakat otomatis meningkat,” ujarnya dikutip Minggu (28/9). 

Konsep desa wisata sebagai satelit dari destinasi Borobudur memang mendapat perhatian khusus dari anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI, Sofwan Dedy Ardyanto.

Dalam kunjungan ke Desa Wanurejo, Magelang, beberapa waktu lalu, dia menilai desa wisata memiliki peran penting dalam mendukung Borobudur sebagai proyek strategis nasional.

Menurut Sofwan, desa wisata bisa menjadi penopang utama melalui penyediaan homestay bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Semakin lama wisatawan tinggal, semakin besar pula devisa yang masuk ke masyarakat sekitar,” katanya.

Namun, Sofwan juga mengingatkan bahwa setiap potensi selalu diiringi tantangan. Ia menyebut dalam kunjungan kali ini, Komisi V turut menampung berbagai masalah yang harus segera ditindaklanjuti bersama kementerian terkait.

“Konsep pembangunan wilayah sederhana: ciptakan perputaran uang. Dengan desa wisata sebagai satelit Borobudur, kita berharap masyarakat sekitar bisa benar-benar merasakan manfaat langsung dari geliat pariwisata,” kata Politisi Fraksi PDI Perjuangan itu.

Sementara itu Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI, Novita Wijayanti, menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi Desa Wanurejo dan kawasan sekitarnya, dalam pengembangan pariwisata kawasan Borobudur.

Salah satu persoalan utama adalah keterbatasan transportasi umum menuju desa wisata serta dampak penurunan perekonomian akibat pembatasan jumlah wisatawan di Candi Borobudur.

“Banyak wisatawan kesulitan menjangkau desa wisata karena terbatasnya moda transportasi umum. Ke depan, perlu kerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk menyediakan bus wisata, shuttle, atau moda transportasi lain yang memudahkan akses ke Wanurejo,” kata Novita.

Ia menambahkan, pembatasan jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur dari 10 ribu menjadi hanya 2 ribu orang per hari, berdampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat sekitar.

Data yang diterima menunjukkan penurunan perekonomian hingga 30 persen. Menurut Novita, kondisi ini harus segera dievaluasi dengan melakukan investigasi serta inventarisasi masalah.

“Kami berharap ada solusi regulasi yang lebih berpihak pada masyarakat. Kalau dulu bisa sampai 10 ribu pengunjung, kenapa sekarang hanya 2 ribu? Padahal, desa-desa wisata sangat bergantung pada jumlah wisatawan yang datang,” tegas Politisi Fraksi Partai Gerindra ini.

Dengan adanya perhatian dari DPR RI dan kementerian mitra, Novita optimistis kendala transportasi maupun regulasi dapat segera diatasi.

Hal ini diharapkan dapat mengembalikan gairah ekonomi masyarakat Magelang, khususnya di desa wisata sekitar Borobudur.

Quote