Ikuti Kami

Tanggapi KAMI, GMNI Tolak Gerakan Residu Pilpres 2019

Harus memiliki substansi ditengah pandemi Covid-19 yang mendera bangsa. 

Tanggapi KAMI, GMNI Tolak Gerakan Residu Pilpres 2019
Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dihelat di Tugu Proklamasi Jakarta, Selasa (18/8), menuai tanggapan dari Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI).

Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi, memiliki pandangan khusus terkait deklarasi KAMI tersebut. Dia menegaskan, untuk gerakan mahasiswa saat ini, harus memiliki substansi ditengah pandemi Covid-19 yang mendera bangsa. 

Baca: Deklarator KAMI Kental Nuansa Post Power Syndrome

Saat ini, menurut dia, justru yang penting ditumbuhkan adalah semangat yang positif dan optimis. GMNI tak ingin publik dibawa ke arah pesimisme terkait kehidupan berbangsa kedepannya. 

“Untuk itu, kami dari DPP GMNI menilai bahwa jangan sampai ada gerakan-gerakan yang sifatnya malah membawa polarisasi sisa-sisa residu dari Pilpres 2019,” kata Imanuel Cahyadi, Kamis (20/8).

Imanuel melanjutkan, jika dilihat dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam deklarasi KAMI tersebut, kebanyakan merupakan orang-orang tua yang memposisikan diri sebagai oposan.

“Jadi, kita melihat di tengah situasi ini, sebaiknya kita membangun semangat optimisme bangsa agar bisa lepas dari Covid-19 ini. Apalagi di momentum kemerdekaan,” tegas Imanuel. 

Meski demikian, Imanuel menyebut DPP GMNI menghargai KAMI yang membuat gerakan sebagai fungsi dari demokrasi. Namun, kata dia, yang menjadi catatan DPP GMNI adalah bentuk gerakannya.

“Agar ini mengarah ke aksi-aksi yang kongkrit. Jangan hal-hal umum yang ujung-ujungnya hanya menghimpun kekesalan untuk diarahkan pada hal-hal tendesius di tengah Covid-19 ini,” katanya. 

Terkait penanganan Covid-19, Imanuel mengakui banyak catatan kritis ditujukan kepada pemerintah. Dia mencontohkan data yang amburadul dan bantuan yang tidak menyentuh masyarakat terdampak Covid-19.

“Ini lebih banyak masalah teknis,” tuturnya.

Baca: Dewi: Lengserkan Anies, Deklarasi KAMI Saat Pandemi Fatal!

Menurut Imanuel, mahasiswa seharusnya membuat gerakan yang sifatnya sosial. Sehingga, mahasiswa dapat berkontribusi kepada negara di tengah Covid-19.

“Ini merupakan pandemi yang sifatnya global. Semua terdampak Covid-19. Jadi, Covid-19 ini memang ujian kemanusiaan buat kita samua untuk sama-sama berkontribusi nyata dan langsung menyentuh masyarakat yang terpuruk akibat Covid-19. Jadi, kalau memang mau membuat gerakan, buat gerakan yang konkrit,” kata Imanuel. 

Imanuel melihat dalam aksi KAMI tersebut, peserta saling berhimpitan tanpa memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Keselamatan yang menjadi prioritas pada situasi saat ini, menurut dia, justru diabaikan demi kepentingan-kepentingan yang sifatnya politis. 

“Ini justru malah kontradiktif dengan protokol atau protap pemerintah yang dikeluarkan, termasuk protokol dari Gubernur DKI yang memperpanjang PSBB transisi,” ucapnya. 

Dia menyayangkan sikap tokoh-tokoh yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, namun justru memperlihatkan hal sebaliknya.

“Katanya gerakan moral, tapi malah mengabaikan moral itu sendiri. Mereka tidak memprioritaskan keselamatan simpatisan-simpatisan yang hadir pada deklarasi tersebut,” pungkas Imanuel.

Quote