Ikuti Kami

Totok Hedi Santosa: Gereja Perlu Kedepankan Partisipasi Aktif Umat Dalam Mengambil Keputusan

Menurutnya diskusi semacam ini perlu diselenggarakan untuk berbagi informasi.

Totok Hedi Santosa: Gereja Perlu Kedepankan Partisipasi Aktif Umat Dalam Mengambil Keputusan
Anggota Komisi VI DPR RI, Totok Hedi Santosa.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Totok Hedi Santosa menyatakan, Gereja sebagai suatu lembaga/paguyuban hendaknya lebih mengedepankan partisipasi aktif umat dalam mengambil keputusan. Sehingga kepemimpinan tidak hanya di tangan hierarki.

Menurutnya diskusi semacam ini perlu diselenggarakan untuk berbagi informasi. Melalui forum-forum pertemuan akan menjadi pertukaran ide atau gagasan secara verbal, karena saat ini ruang-ruang informasi lebih banyak dikuasai dunia maya. 

“Informasi satu arah dan cenderung pada kepentingan tertentu, yang secara tidak sadar menguasai atau menjajah kemampuan berfikir kita,” kata Totok Hedi pada Temu Penggerak Kemasyarakatan di Aula Paroki Santa Theresia Sedayu, Bantul, Rabu (7/5).

Sarasehan menghadirkan pula pembicara anggota DPRD DIY Dominikus Radjut Sukaswaro. Ia menyampaikan peran legislatif tidak hanya sebatas di ruang sidang ataupun pengesahan perda. Akan tetapi seorang legislator bisa lebih berperan, bersinergi dan dekat dengan masyarakat, juga melakukan fungsi advokasi. 

“Gereja dan negara dapat bersinergi mengambil peran membawa aspirasi masyarakat, sehingga terbangun suasana yang kondusif dalam masyarakat dan pemangku kebijakan,” ujarnya.

Sedangkan Ranggabumi Nuswantoro, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UAJY menyampaikan pribadi-pribadi umat Katolik diseyogyakan mampu pro aktif membaur (ajur ajer) dalam urusan sosial kemasyarakatan sedini mungkin, tidak perlu menunggu moment tertentu, semisal pemilu ataupun event-event lain dari pemerintah.

Paguyuban lingkungan yang sudah lama ada merupakan basis dasar komunitas dalam Gereja hendaknya menjadi ujung tombak penggerak dan menjadi paguyuban yang mengkader secara alamiah bagi umat.

Di tengah derasnya informasi berbagai hal melalui media sosial yang mudah didapat, umat Katolik dipanggil untuk memiliki kedaulatan befikir rasional secara individu maupun kolektif dengan menghidupi nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga memiliki kemandirian dalam berbagai ranah pelayanan sosial kemasyarakatan.

Sementara itu dalam sesi peneguhan Romo AR. Yudono Suwondo Pr selaku Vikep Kevikepan Yogyakarta Barat menyatakan kerasulan awam berdasar pada baptis dengan makna umat diangkat menjadi anak Allah, dibebaskan dari dosa asal, disatukan dengan Gereja dan anugrah martabat perlindungan surgawi.

Dengan baptisan, lanjutnya, kerasulan awam memiliki tugas mensucikan ide dan gagasannya dalam membuat keputusan sesuai ajaran Gereja. Yakni menjadi pemimpin yang melayani masyarakat ataupun kepentingan umum dengan penuh kasih dari hati dan dengan kuasa roh berani mewartakan kebenaran meski tantangannya tidak ringan. 

“Iman, harapan dan kasih menjadi pedoman kerasulan awam dalam pelayanan sosial kemasyarakatan untuk lebih mengutamakan dialog dengan menghargai sisi kemanusiaan,” pungkasnya.

Quote