Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XII DPR RI, Yulian Gunhar prihatin akan ledakan pipa gas terjadi di Stasiun Pengumpul PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Field Subang.
Lokasi pipa gas tersebut berada tepat di Desa Cidahu, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Selasa (5/8/2025).
Ledakan tersebut memicu kobaran api besar dan sempat terekam dalam video yang beredar luas di media sosial.
Baca: Ganjar Minta Publik Bersabar Akan Nama untuk Posisi Sekjen
Yulian menilai insiden ini bukan yang pertama kali terjadi di sektor minyak dan gas bumi (migas).
"Sudah terlalu sering kita mendengar ledakan di kilang maupun lapangan produksi migas. Ini harus menjadi alarm serius bagi pemerintah dan Pertamina,” tegas politisi PDI Perjuangan itu, Rabu (6/8/2025).
Ia menjelaskan, ledakan semacam ini kerap dipicu oleh kebocoran pipa atau tangki, faktor usia infrastruktur, serta kurangnya sistem pengamanan di sekitar area operasi.
Padahal, kata dia, lapangan migas adalah objek vital yang menyangkut keselamatan pekerja, masyarakat, dan pasokan energi nasional.
“Kalau pengamanan terus dibiarkan longgar, dampaknya bisa sistemik, tidak hanya menimbulkan korban jiwa tapi juga mengganggu distribusi energi nasional,” ungkap Gunhar.
Sebagai langkah konkret, Gunhar mengusulkan agar TNI dilibatkan secara aktif dalam sistem pengamanan kilang bahan bakar minyak (BBM) maupun lapangan produksi migas.
Menurutnya, kehadiran TNI penting mengingat lingkungan kilang adalah kawasan dengan risiko tinggi, penuh dengan zat mudah terbakar dan potensi bahaya besar.
Baca: Ganjar Harap Kepemimpinan Gibran Bisa Teruji
“Tidak bisa lagi kita anggap remeh. Kilang dan field migas harus diperlakukan sebagai kawasan strategis dengan tingkat keamanan tertinggi. Untuk itu, keterlibatan TNI menjadi sangat relevan dan mendesak,” tandasnya.
Gunhar menegaskan bahwa keberlangsungan produksi energi Indonesia sangat tergantung pada kesiapan infrastruktur dan keamanan operasional, terutama di sektor hulu migas.
Ia meminta Pertamina dan seluruh pemangku kepentingan segera melakukan evaluasi menyeluruh dan peningkatan sistem proteksi di semua titik operasi yang berisiko tinggi.
“Kita tidak boleh menunggu jatuh korban atau gangguan pasokan energi yang masif baru bergerak. Pencegahan harus jadi prioritas,” katanya.