Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Ahmad Basarah menegaskan halalbihalal adalah ajang silaturahmi para tokoh bangsa yang bertikai dan berbeda pendapat. Jadi, Basarah mengatakan, ajang halalbihalal yang direncanakan di sekitar Mahkamah Konstitusi (MK) pada 27 Juni mendatang tidak sesuai dengan makna asal halalbihalal itu sendiri.
Basarah mengisahkan sejarah munculnya istilah halalbihalal. Wakil Ketua MPR-RI itu mengungkapkan bahwa halalbihalal muncul dari dialog antara Presiden pertama Republik Indonesia Bung Karno dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, seorang ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) pada 1948.
Baca: Bupati Anas Ajak Doakan Bung Karno Saat Halal Bihalal
Dialog itu timbul sebagai akibat dari situasi pada masa itu, ketika para elite politik tidak mau bersatu dan saling bertengkar.
"Pada 1948, Bung Karno berdikusi dengan KH Wahab Hasbullah untuk menanggulangi pertikaian elite politik. Kiai Wahab pun mengusulkan agar Bung Karno mengadakan acara silaturahmi antarelite politik pada 1 syawal," kata Basarah, dalam sebuah acara talkshow di televisi swasta, baru-baru ini.
Bung Karno pun sepakat dengan usulan Kiai Wahab. Namun, sang Proklamator ingin acara itu tak diberi nama silaturahmi.
Kemudian acara silaturahmi itu pun diberi nama halalbihalal.
"Jadi konteks halalbihalal itu justru untuk mempertemukan para elit politik dalam bulan syawal, untuk saling memaafkan dan membangun persaudaraan kebangsaan. Bukan untuk menekan Mahkamah Konstitusi. Atau halalbihalal besok itu sudah mengalami perluasan makna?" kata Basarah.
Baca: Harlah Bung Karno & Haul Taufiq Kiemas Menyatukan Bangsa
Seperti diketahui, sejumlah organisasi seperti Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan menggelar unjuk rasa bertajuk "Halalbihalal" 212 untuk mengawal putusan sengketa Pilpres 2019 di MK.
PA 212 sendiri merupakan organisasi yang mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.