Jakarta, Gesuri.id - Juru bicara PDI Perjuangan Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakiim menjelaskan bahwa perbedaan prinsip yang dimaksud Ahok berakar pada perbedaan latar belakang basis pemilih secara ideologis dalam Pilkada Jakarta 2017.
"Pada tahun 2017, terjadi polarisasi yang begitu meruncing-- dan politisasi agama--yang memang jelas-jelas ada perbedaan terkait hal yang sifatnya ideologis antara pendukung Pak Anies Baswedan dan PDI Perjuangan," kata Chico dalam pesan suara yang diterima Tempo melalui aplikasi WhatsApp, Senin (5/8).
Baca: Ganjarist Komitmen Setia Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2029
Adapun Ahok dan Anies menjadi rival ada Pilkada Jakarta 2017. Pemilih Anies didominasi oleh kelompok IsIam sedangkan pendukung Ahok diasosiasikan dengan golongan nasionalis.
Meski begitu, Chico menyampaikan, PDI Perjuangan berharap agar polarisasi berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan yang terjadi pada Pilkada Jakarta 2017 tidak kembali terulang.
"Kami harap ini tidak akan terjadi lagi," ujarnya
Baca: Ganjar: Kasus Palti Harus Jadi Pembelajaran Peradilan di Indonesia
Chico juga menegaskan bahwa partainya masih terbuka untuk menjalin kerja sama dengan partai politik lain, termasuk jika harus mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024.
Tak sampai di situ, Chico juga memastikan bahwa PDI Perjuangan tidak akan membiarkan kemunculan pasangan calon tunggal yang melawan kotak kosong di Pilkada Jakarta. Menurut dia, kondisi itu dapat merusak demokrasi.
"Mengingat Jakarta adalah daerah yang besar, masyarakatnya heterogen, dan aspirasinya beragam, tidak mungkin bisa disalurkan melalui satu pasangan calon saja," ucapnya.