Ikuti Kami

Safaruddin: Jangan Diskriminasi Anak Berkebutuhan Khusus

“Jangan pernah menyerah. Terus belajar. Dengarkan semua perkataan guru,” kata Safaruddin dengan mata berkaca-kaca.

Safaruddin: Jangan Diskriminasi Anak Berkebutuhan Khusus
Saat mengunjungi SLB Dharma Kencana

Balikpapan, Gesuri.id – Cawagub Kaltim nomor 4, Safaruddin yang mendampingi Cagub Rusmadi Wongso turut memperingati hari autis. Dirinya mendatangi salah satu sekolah yang memberikan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus di jalan Pembangunan, Balikpapan, kemarin.

Sekolah yang di tuju adalah SLB Dharma Kencana yang punya 103 anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan mulai dari TK hingga SMA.  Tutik Suwarni Kepala Sekolah SLB Dharma Kencana menjelaskan, kebanyaka siswa pada sekolah yang berdiri tahun 2003 ini adalah tunagrahita. Yakni, keterbelakangan mental, dikenal juga dengan istilah retardasi mental (mental retardation).

(Baca Juga: Begini Pergulatan Istri Rusmadi Wongso)

“Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu,” ungkap Tutik. “Tapi sebenarnya masih banyak anak berkebutuhan khusus di Balikpapan yang tak sekolah. Bukan karena mereka tak mau, tapi lantaran kebanyakan dari mereka warga tak mampu. Misalnya di Gunung Guntur itu banyak,” tunjuknya.

(Baca Juga: Safaruddin Siap Tuntaskan Banjir di Samarinda)

Safaruddin lantas bertanya berapa biaya sekolah di tempat tersebut? Tutik mengaku, biaya siswa SLB Dharma Kencana membayar SPP sekitar Rp 200 ribu. Pembiayaan setiap siswa sendiri bervariasi, tergantung dari kemampuan orang tua. “Enggak sama semuanya. Bahkan ada yang gratis. Kita pakai subsidi silang. Yang mampu bayar lebih untuk yang tidak mampu. Kita sodorkan duluan diawal,” bebernya.

Lalu Safaruddin mempertanyakan berapa gaji yang diterima para guru. Jawaban Tutik yang menyebut angka sebesar Rp 600 ribu merupakan kewajiban dari pengabdian. “Bila bukan panggilan hati, barangkali tak ada yang mengajar mereka. Semoga bila bapak terpilih, nasib kami-kami ini juga diperhatikan,” tuturnya.

(Baca Juga: Rusmadi-Safaruddin Gunakan Konsep Membangun dari Pinggiran)

Mendengar hal itu Safaruddin terkejut. Pensiunan enderal polisi bintang dua ia tak menyangka gaji yang guru SLB Dharma Kencana ini. Padahal, dalam pikirannya anggaran pemerintah bidang pendidikan paling besar. “Anggaran pendidikan kita itu besar, 20 persen. Itu lebih dari cukup bila turun ke bawah dengan benar. Insya Allah, minimal gaji guru sesuai dengan UMK,” kata mantan Kapolda Kaltim tersebut.

Safaruddin sendiri lalu masuk ke dalam kelas ketika para siswa belajar belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Ia tampak berbagi senyum kepada anak-anak yang mengenakan seragam putih merah tersebut. Dan, berbalas tepuk tangan dan tawa para siswa.

“Jangan pernah menyerah. Terus belajar. Dengarkan semua perkataan guru,” sebutnya dengan mata berkaca-kaca.

(Baca Juga: Rusmadi Upayakan Warga Kaltim Nikmati Jaminan Kesehatan)

Kepada para wartawan Safaruddin menjelaskan soal Data Centre of Disease Control (CDC) di Amerika Serikat pada Maret 2014, di mana prevalensi (angka kejadian) Autisme adalah 1 dari 68 anak. Secara lebih spesifik 1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari 189 anak perempuan.

“Ini menunjukkan bahwa specific prevention and protection dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan pengendalian Autisme.Masalahnya saat ini di Indonesia belum ada data statistik jumlah penyandang Autisme. Namun mereka diperkirakan semakin meningkat tiap tahun. Lihat saja kunjungan di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, pskiater,” jelasnya.

Safaruddin berharap, jangan sampai ada anak berkebutuhan khusus di Kaltim mendapat perlakuan diskriminasi. “Mereka ini sangat membutuhkan perhatian, baik dari keluarganya maupun dari lingkungan,” tuturnya.

Bersama Cagub Rusmadi Wongso dirinya bertekad memberikan kesempatan, baik dalam pelayanan kesehatan, rehabilitasi, maupun fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Termasuk meningkatkan jumlah tenaga ahli dalam penanganan autisme, seperti tenaga terapis bicara, psikiater serta psikolog klinis anak, dan tenaga professional lainnya.

Quote