Ikuti Kami

Begini Pergulatan Istri Rusmadi Wongso

Awalnya tak mendukung, pergumulan batin istri meluluh saat melihat Rusmadi Wongso memang diperlukan masyarakat.

Begini Pergulatan Istri Rusmadi Wongso
Rusmadi Wongso bersama istri

Samarainda, Gesuri.id – Mengikuti hajatan politik dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) bukan perkara mudah buat anggota keluarga Rusmadi Wongso. Terbiasa dalam lingkungan keluarga akdemisi dan PNS, sang istri awalnya melakukan penolakan keras.

Herly Warsita selaku sang istri yang sudah menemani keseharian Rusmadi yang kini menjadi Cagub nomor untuk Kaltim itu mengaku awalnya cemas. Pilihan Rusmadi yang terjun dalam arena politik membuatnya was-was atas munculnya jebakan politik. “Ini pengalaman baru yang bikin syok berat. Jangankan terpikir, bermimpi untuk maju pun tidak,” akunya.

(Baca juga: Kisah Getir Rusmadi Menyaksikan Kemiskinan di Lumbung Migas)

Keengganan Herly tak lain setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, berdasarkan pengalaman hidup. Dirinya mengaku berasal dari keluarga pendidik, dan pegawai negeri sipil (PNS). Toh, sang suami menurutnya, sudah berprestasi menjadi PNS dengan posisi tertinggi sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim.

“Hidup dalam keluarga guru dan PNS itu saya pikir hidupnya tenang dan aman,” sebutnya. “Saya paling tak sanggup dengan fitnah dan semacamnya yang biasa akrab dengan dunia politik,” tambah Herly.

(Baca juga: Rusmadi-Safaruddin Gunakan Konsep Membangun dari Pinggiran)

Alasan kedua, bagi Herly dan anak-anaknya, khususnya Heru Pratama anak sulung Rusmadi, jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dirinya khawatir bila Rusmadi terlalu sibuk. “Bagi saya, punya suami yang bertanggungjawab pada keluarga sudah sangat luar biasa. Tanggung jawab mengurus anak saja sudah besar, apalagi ini, memimpin masyarakat,” akunya.

Namun, tampaknya penolakan ini tak diindahkan Rusmadi. Lelaki kelahiran Samarinda, 55 tahun lampau ini lantas mengumpulkan keluarganya.  Rusmadi mengungkapkan hasrat untuk maju dalam Pilgub Kaltim tahun ini. “Saat memutuskan maju, Bapak mengumpulkan keluarga. Bapak bilang, terlalu ego jika Bapak (Rusmadi) hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga. Tujuh tahun Bapak di Bappeda, dan ikut di dalam merumuskan visi-misi Kaltim 2030. Jadi, jika Bapak tidak berbuat, rasanya ada yang salah. Jadi, Bapak minta keikhlasan dari keluarga,” urai Herly, menirukan ucapan Rusmadi, saat meminta restu dari istri dan anaknya.

Pengakuan ini, meski dengan berat hati disetujui para anggota keluarga. Alhasil, ayah dua anak ini menggelar beberapa rangkaian kegiatan sosialisasi pencalonannya.

(Baca juga: Rusmadi Wongso : Pilih Pemimpin yang Bersih)

Namun, tiba-tiba pada awal Januari lalu, Rusmadi kepada beberapa media massa mengundurkan diri dalam pertarungan Pilgub Kaltim. Syahdan, keputusan ini diterima secara bahagia para anggota keluarga. “Bapak memutuskan mundur saat di Jakarta. Dan saya di Samarinda. Tapi, sebelumnya Bapak menelepon saya dan bilang mau mundur. Ya Allah, saya sangat bahagia luar biasa. Mutiara, harta saya, di dunia ini kembali,” sebut Herly.

Saat itulah, waktu Rusmadi bersama keluarga semakin akrab. Rusmadi banyak memberikan waktu bagi kebersamaan keluarga. Namun, di sisi lain, aku Herly masih saja ada beberapa orang yang terus membujuk suaminya untuk menuntaskan pencalonan sebagai Cagub Kaltim.

Alhasil, tepatnya 7 Januari lalu, Herly mengaku terkejut ketika rumahnya ramai dijadikan tempat berkumpul yang dia tahu sebagaian merupakan tokoh partai. “Saya merasa, ini pasti ada apa-apa. Dan benar, Bapak akhirnya memutuskan maju,” katanya lagi.

(Baca juga: Dasa Cita, Program Rusmadi-Safaruddin untuk Kaltim Maju)

Benar saja, Rusmadi akhirnya maju bersama mantan Kapolda Kaltim Irjen (Purn) Safaruddin yang lantas mendapatkan nomor 2 dengan diusung PDI Perjuangan dan Hanura.  Kala itu, Herly mengaku kecewa lantaran takut bila nanti akan banyak aral melintang. Tapi, sebagai istri yang baik dirinya memberikan dukungan keputusan sang suami.

Akan tetapi, ketakutan Herly berangsur sirna. Tatkala menemani sang suami mendaftarkan pencalonannnya ke KPU, Herly melihat banyak harapan yang ditujukan buat Rusmadi. Herly pun berpikir, benar adanya bahwa jabatan itu hanyalah media untuk bisa membantu banyak orang, terutama kalangan tak mampu. “Saya coba menemani Bapak mendaftar di KPU dan beberapa pertemuan. Dari situ saya lihat banyak sekali harapan yang ditumpukan kepada Bapak. Dan saya coba membuka diri. Saya harus ikhlas,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, ternyata Herly makin melek politik. Bahwasanya masih banyak kalangan orang tak mampu, tak beruntung yang mesti dibantu dan diberdayakan. Herly mengerti bila lewat kekuasaan maka akan lebih mudah menata yang papa untuk bangkit dan memperbaiki kehidupaannya. Sekaligus membuat pembangunan Kaltim yang berkesinambungan dan berdampak besar terhadap orang banyak.

(Baca juga:​​​​​​​ Safaruddin Datangi Kampung "Gelap Gulita" di Balikpapan)

Hanya saja, hingga kini, Herly seringkali menitipkan pesan kepada sang suami untuk tidak banyak mengumbar janji masyarakat, yang pada akhirnya tak dapat ditepati, malah membuat dosa. “Saya harus mendampingi Bapak, agar Bapak tetap sehat, tegar dan kuat menjalani semua ini. Dan yang terpenting, buat saya dan keluarga tetaplah menjadi Rusmadi panutan keluarga,” tutupnya.

Quote