Ikuti Kami

TB Hasanuddin: Wacana Penundaan Pemilu, Pelecehan Konstitusi

Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin meminta agar berhenti bicara soal mengundurkan pemilu lantaran inkonstitusional.

TB Hasanuddin: Wacana Penundaan Pemilu, Pelecehan Konstitusi
Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin menegaskan wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan Pemilihan Umum 2024 merupakan bentuk pelecehan terhadap konstitusi.

Politisi senior PDI Perjuangan ini meminta agar berhenti bicara soal mengundurkan pemilu lantaran inkonstitusional.

Baca: Tina Toon: Pemprov DKI Boros Rp1,75 Miliar Untuk Baju Dinas

"Stop bicara mengundurkan pemilu karena inkonstitusional dan mengkhianati kontrak politik dengan rakyat. Hanya buang buang energi," cetus Hasanuddin, Kamis (31/3).

Hasanuddin membeberkan sejumlah alasan mengapa mengundurkan pemilu melawan konstitusi. 

Pertama, kata dia, bertentangan dengan UUD RI 1945, Pasal 22E Ayat (1) yang berbunyi, "Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali". 

Kedua, bertentangan dengan UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pasal 167 ayat (1) yang berbunyi "Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali," 

"Artinya, kalau bertentangan dengan konstitusi dan UU, serta tidak diatur mekanismenya (penundaan pemilu) oleh peraturan perundang-undangan, maka lebih baik dihentikan saja. Jika dibiarkan, usulan penundaan pemilu hanya menjadi perbuatan melawan konstitusi," tegas dia. 

Baca Megawati: Pernyataan Soal Harga Minyak Goreng Dipolitisasi

Wacana pengunduran Pemilu 2024 ini menghebohkan publik setelah diusulkan oleh Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketum PKB. Usulan tersebut juga didukung oleh Airlangga Hartarto Ketum Golkar dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Cak Imin berpendapat, pelaksaan Pemilu 2024 mengganggu upaya pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, sehingga perlu ditunda satu sampai dua tahun lagi. Sedangkan PAN menilai mahalnya biaya pemilu dan dikaitkan dengan perekonomian Indonesia yang belum stabil.

Quote