Ikuti Kami

Anton Ajak Perangi Radikalisme, Intoleransi, Wahabisme & NII

Semua pihak harus bergerak bersama-sama menumpas sisa-sisa NII yang kini jumlahnya sangat banyak dan tersebar.

Anton Ajak Perangi Radikalisme, Intoleransi, Wahabisme & NII
Mantan Kapolda Jawa Barat (Jabar) Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan.

Tasikmalaya, Gesuri.id - Mantan Kapolda Jawa Barat (Jabar) Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan dikunjungi mantan Panglima Besar Negara Islam Indonesia  (NII) Abu Yaseer beserta  jajarannya para mantan Bupati NII Wilayah KW 9 dan KW 7 (Jawa Barat dan DKI Jakarta - Lampung) di Taman Wisata Batu Mahpar, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, baru-baru ini. 

Kedatangan para mantan petinggi NII itu bertujuan untuk bersilaturahmi sekaligus mengukuhkan kembali Ikrar Sumpah Setia mereka kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang ditandai dengan hormat  Bendera Merah Putih, mencium Bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Abah Anton, panggilan akrab Anton Charliyan mengungkapkan bahwa semua pihak harus bergerak bersama-sama menumpas sisa-sisa NII yang kini jumlahnya sangat banyak dan tersebar hampir di semua lini.

Baca: Putra Soroti 132 Kampus K/L Tidak Terakreditasi Legal

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Abu Yaseer, kini anggota NII yang tersebar di seluruh Indonesia sampai dengan tahun 2020, sudah mencapai 10  juta orang.

"Saya sangat prihatin dengan kondisi ini, terlebih lagi dari laporan intelijen bahwa tahun 2024 sudah ada agenda internasional dimana agenda tersebut bertujuan  untuk membuat NKRI rusuh, merebut kekuasaan dan merebut simpati massa melalui dogma-dogma Agama, menjadikan NKRI layaknya negara-negara yang sudah berhasil mereka jadikan target, seperti  Suriah, Irak, Yaman, Libya,dan Irak," ujar Anton.

Anton menyerukan pada semua pihak untuk betul-betul bisa menjadi satu frekuensi, jika ingin melawan agenda tersebut.  Menurut mantan Kadiv Humas Polri ini, jika semua pihak masih mencintai NKRI, dan masih menginginkan NKRI tetap berdiri sebagai bangsa dan negara yang utuh dan berdaulat, maka seluruh komponen kekuatan negeri ini baik suku, ras, agama, moril maupun materil, harus bersatu untuk bersama-sama melawan mereka yang mengusung paham radikalisme, intoleransi, Wahabisme dan NII.

Anton menyatakan, saat ini salah satu wujud perjuangan bersama itu ada di Kota Garut yang diwadahi ALMAGARI.

“Untuk itu mari kita jadikan perjuangan Garut sebagai perjuangan Nasional kita bersama, jangan biarkan Garut berjuang sendirian. Sementara kaum Radikalis lawan kita, ramai-ramai  bersatu padu menghantam Garut," ujar Anton. 

"Ingat, satu langkah kecil di Garut, satu langkah lurus di Galunggung, akan jadi langkah besar di Indonesia. Mungkin memang harus dimulai dengan Galunggung dan Garut untuk meluruskan daerah 'Darurat NII' ini, kembali sebagai Garuda Utama di Indonesia," sambung Abah Anton.

Anton pun menyerukan agar semua pihak memerangi gerakan radikalis, intoleran, Wahabisme dan NII. Mereka, ujar Anton, tidak boleh diberikan ruang sekecil apapun.

Baca: BKN Banteng Karawang Buka Ruang Seluasnya Bagi Milenial

Mereka tidak boleh dibiarkan terus tumbuh dan berkembang menjadi virus yang menggerogoti bangsa dan Negara dari dalam, karena pada kenyataannya mereka sangat anti Pancasila dan UUD1945 sehingga menganggap para pejabat negara ini  sebagai Thogut (penyembah berhala).

Anton Charliyan menjabarkan, sebagaimana yang pernah terjadi di Suriah dan Afganistan, pola yang juga sama ada di Indonesia. 

“Abu Yaseer bersama jajarannya  menggelar press conference ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai pergerakan NII yang sebenarnya,  dan agenda ke depannya. Yang jelas  agenda besar mereka di tahun 2024 , harus bisa memegang tampuk kekuasaan teringgi, baik Secara konstitusional maupun  inkontitusional, yang diduga kuat ada campur tangan kekuatan asing," papar Anton. 

"Lalu apa kira-kira yang terjadi  jika golongan mereka berkuasa? Hal ini mohon dijadikan catatan penting Pemerintah, dan pemerintah harus betul-betul serius menyikapi kondisi tersebut. Jangan ini dianggap sekadar isu murahan, jangan sampai baru merasa memiliki setelah kehilangan," 
tegas Budayawan Sunda itu.

Quote