Jakarta, Gesuri.id - Budayawan asal Jogjakarta, Butet Kertaradjasa, yang selama dua periode mendukung Jokowi mati-matian, mengaku menangis dengan ulah Jokowi di akhir masa jabatannya.
"Saya mendapatkan informasi politik A1 dan membuat saya syok. Saya itu nangis, betul-betul nangis," kata Butet, Sabtu (21/10/2023).
Dia mengatakan turut berpartisipasi memenangkan Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019.
Ia menilai Jokowi adalah presiden yang amanah, bekerja melayani rakyat dan peduli pada kebudayaan.
"Dan putra-putranya saat itu hanya jualan martabak, pisang goreng. Tidak ada ambisi politik. Waktu berangkat mengantarkan Jokowi, anak-anaknya itu culun-culun semua," ujarnya.
"Seneng aku, ini presiden keren sekali. Dia role model pemimpin yang baik yang didambakan bangsa," tambahnya.
Tapi di akhir masa jabatan yang hanya tinggal beberapa bulan saja, lanjut Butet, Jokowi melakukan tindakan di luar nalar.
Dia menggunakan kekuatan negara untuk memuluskan pencalonan anaknya menjadi bacawapres.
"Lha kok terakhir permainannya kok kaya gini. Nangis aku. Dia ngotot dengan keinginannya untuk memberangkatkan Gibran jadi Cawapresnya Prabowo," tegasnya.
MK, lanjut Butet, dijadikan alat untuk memuluskan keinginannya itu. Dan itu yang membuat ia semakin sedih.
Dia bahkan sudah mengirim surat pada Jokowi untuk mengingatkan langkahnya yang dinilai keblinger.
"MK yang dilahirkan dari perjuangan reformasi '98, yang meminta korban sejumlah nyawa. Kok cuma untuk main-main urusan domestik sebuah keluarga. Perkara domestik kok yang dipertaruhkan bangsa dan negara. Ini asu banget," kecamnya.