Ikuti Kami

Gus Nukman Ungkap Sejarah Ibadah Puasa Ramadan

Gus Nukman mengungkapkan, puasa bulan Ramadan sejatinya telah ada sebelum masa Rasulullah SAW.

Gus Nukman Ungkap Sejarah Ibadah Puasa Ramadan
Gus Nukman Basori.

Jakarta, Gesuri.id - Umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia kembali memasuki bulan suci Ramadhan.

Mungkin banyak dari umat Islam yang mengetahui perihal sejarah turunnya perintah dari Allah SWT untuk berpuasa di Bulan Ramadhan

Tapi, bukan tak mungkin, banyak juga diantara umat Islam yang belum mengetahui sejarah tersebut.

Karena itu, Gus Nukman Basori mengulas sejarah turunnya perintah dari Allah SWT untuk berpuasa dalam NGAJI BAMUSI di Hari Kedua puasa Ramadan 1442 Hijriah.

Gus Nukman mengungkapkan, puasa bulan Ramadan sejatinya telah ada sebelum masa Rasulullah SAW. Tepatnya ketika masa Jahiliah.

Baca: Bulan Ramadan, Harus Tahan Amarah

"Di masa Jahiliah, sudah ada perintah dari Allah SWT untuk berpuasa di bulan Ramadan. Tapi perintah itu ditentang oleh kaum Jahiliah," ungkap Gus Nukman. 

Kemudian, lanjut Gus Nukman, datang lagi perintah Allah SWT dikala Nabi Muhammad SAW hijrah dari Kota Mekkah ke Madinah.

Tepatnya, ketika Rasulullah sudah hijrah ke Madinah selama satu setengah tahun, datang perintah dari Allah SWT untuk berpuasa, hingga menjadi syariat.

"Sebelumnya, Rasulullah telah berpuasa di bulan Suro, yakni puasa Asyura. Dan setiap bulannya, Rasulullah SAW juga melakukan puasa di tanggal 13, 14, dan 15 bulan Qomariyah. Jadi rutinitas puasa ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum adanya perintah Allah SWT, bahkan para sahabat pun mengikutinya," ujar Gus Nukman.

Pada bulan Sya'ban, ketika dua tahun setelah Hijrah atau tahun 624 Masehi, muncul perintah Allah SWT untuk melakukan ibadah puasa selama satu bulan. Dan perintah itu berbarengan dengan perintah untuk menjalankan syariat lainnya, yakni Zakat, Salat Id, dan Idul Adha.

"Perintah tentang puasa dan syariat lainnya itu juga berbarengan dengan pemindahan kiblat dari Masjidil Aqsa di Yerusalem, ke Masjidil Haram di Mekkah," ungkap Gus Nukman.

Selama hidupnya, sambung Gus Nukman, Rasulullah SAW telah melakukan puasa Ramadan 9 kali. Dan dari 9 kali puasa itu, Rasulullah melaksanakan puasa hanya 29 hari selama 8 kali. Jadi hanya satu kali, Rasulullah berpuasa selama 30 hari 

Perintah untuk berpuasa ini, ungkap Gus Nukman, dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Salah satu nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 183.

Seperti ini isi surah tersebut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

"Jadi bila dicermati, perintah untuk berpuasa dalam ayat tersebut, dikhususkan bagi orang-orang beriman. Dan tujuan dari perintah tersebut, adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT," papar Gus Nukman. 

Perintah untuk berpuasa itu, sambung Gus Nukman, berlanjut di Surat Al-Baqarah ayat 185.

Inilah bunyi ayat tersebut:

شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ


Artinya : 

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

"Ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang berisi perintah untuk berpuasa itu, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW," ujar Gus Nukman.

Selain ayat dalam Al-Qur'an, lanjut Gus Nukman, ada pula Hadits tentang ibadah puasa Ramadan.

Begini bunyi hadits tersebut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya : 

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.  (HR. Bukhari Muslim).

"Berdasarkan Hadits tersebut, barangsiapa menjalankan puasa Ramadan, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu oleh Allah SWT. Jadi, betapa besar manfaatnya berpuasa Ramadan ini," ujar Gus Nukman.

Hal itu, ujar Gus Nukman, menunjukkan Allah SWT telah memberi jaminan pada umat Nabi Muhammad SAW.

Karena perintah berpuasa sejatinya telah diberikan pada umat sebelum Nabi Muhammad SAW, yakni umat jahiliah. Tapi mereka menolak.

Lalu Allah memberikan perintah itu kepada umat Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, ujar Gus Nukman, umat Nabi Muhammad menjalankan perintah puasa Ramadan itu hingga kini.

Gus Nukman mengungkapkan, Ibnu Hajar kembali menyebutkan hadits dalam Bulughul Marom, tentang perintah dalam berpuasa. 

Baca: Beri Tudingan Miring ke Bung Karno, Bamusi 'Sentil' Haikal

Haditsnya adalah sebagai berikut:

وَعَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا [ قَالَ ]: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: – إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


وَلِمُسْلِمٍ: – فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا [ لَهُ ] . ثَلَاثِينَ  .


وَلِلْبُخَارِيِّ: – فَأَكْمِلُوا اَلْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ.


وَلَهُ فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – – فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ.

Artinya:

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, makaberhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” 

"Tapi untuk melihat hilal itu, ada syarat-syaratnya juga. Seperti, orang yang melihat hilal itu harus disumpah oleh Qadi. Dalam konteks Indonesia, Qadi nya adalah Kementerian Agama," ujar Gus Nukman.

Dan, lanjut Gus Nukman, apabila ada diantara umat Islam perbedaan dalam memulai atau mengakhiri hari puasa di bulan Ramadan, hal itu bukan persoalan. Karena perbedaan itu dimungkinkan dalam Islam.

"Yang tak benar itu, adalah bila tak berpuasa, atau yang menyalahkan salah satu pihak" ujar Gus Nukman.

"Jadi, intinya berpuasa di Bulan Suci Ramadan ini memang sangat istimewa, karena berkah Allah luar biasa bagi yang menjalankan ibadah ini.  Bagi bangsa Indonesia, bulan suci Ramadan ini juga adalah bulan kemerdekaan. Karena Proklamator 17 Agustus 1945 dilaksanakan di Bulan Suci Ramadan," tambah Gus Nukman.

Quote