Ikuti Kami

HIMAPOL UBK Gelar Mimbar Bebas: Kudatuli Tak Hanya Tragedi, Tapi Puncak Desukarnoisasi

Kudatuli adalah bukti bahwa ketika rakyat bersatu, penguasa ketakutan, dan rakyat tak bisa dikalahkan.

HIMAPOL UBK Gelar Mimbar Bebas: Kudatuli Tak Hanya Tragedi, Tapi Puncak Desukarnoisasi
Politikus senior PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning dalam kegiatan Mimbar Bebas & Diskusi Publik dengan tema “Upaya Desukarnoisasi dalam Tragedi Kudatuli” pada Senin, 28 Juli 2025 di halaman kampus UBK, yang diselenggarakan HIMAPOL UBK.

Jakarta, Gesuri.id - Politikus senior PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning, mengatakan Kudatuli adalah bukti jika rakyat bersatu maka tak bisa dikalahkan.

“Kudatuli adalah bukti bahwa ketika rakyat bersatu, penguasa ketakutan, dan rakyat tak bisa dikalahkan. Ini bukan hanya soal partai, ini soal rakyat yang ingin kembali dipimpin oleh ideologi Bung Karno,” katanya dalam kegiatan Mimbar Bebas & Diskusi Publik dengan tema “Upaya Desukarnoisasi dalam Tragedi Kudatuli” pada Senin, 28 Juli 2025 di halaman kampus UBK, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Politik Universitas Bung Karno (HIMAPOL UBK).

Begitupun Politisi muda PDI Perjuangan Aryo Seno Bagaskoro yang menyampaikan bahwa wajib hukumnya bagi Gen Z untuk tahu bentuk-bentuk desukarnoisasi di zaman sekarang ini.

“Gen Z harus tahu, desukarnoisasi hari ini hadir dalam bentuk yang lebih halus, misalnya sejarah yang dikemas ulang, ideologi dibungkam dengan gaya. Tugas kita adalah melawan kelupaan yang disengaja”, ungkap Seno.

Sementara itu, kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran sejarah, menyuarakan kembali semangat ideologis Bung Karno, serta menolak lupa terhadap tragedi nasional Kudatuli yang menjadi simbol pembungkaman demokrasi dan puncak operasi sistematis Desukarnoisasi.

Acara dibuka oleh Mimbar Bebas, di mana mahasiswa, alumni, dan dosen tampil membawakan orasi, puisi, monolog, hingga musik perjuangan. Atmosfer kritis dan penuh semangat menjadi pembuka menuju sesi utama yaitu Diskusi Publik, yang menghadirkan narasumber dari lintas generasi perjuangan ideologis.

Wakil Rektor III UBK, Daniel Panda mengapresiasi langkah dari HIMAPOL UBK dengan menyelenggarakan acara ini, ia pun menegaskan bahwa dengan ini, mahasiswa UBK menunjukkan keberaniannya, “Kegiatan ini adalah bentuk keberanian mahasiswa dalam merawat sejarah, sekaligus wujud nyata pendidikan politik kritis di lingkungan kampus”, katanya.

Begitupun Kepala Program Studi Ilmu Politik UBK, Robert Mubarrod, yang menekankan betapa pentingnya diskusi ini sebagai bentuk tidak buta sejarah Bung Karno, “Diskusi seperti ini menjadi penting supaya mahasiswa tidak
tercerabut dari akar ideologisnya, khususnya ketika sejarah kerap dipolitisasi”, ungkap Robert.

Revalina Devia selaku Ketua HIMAPOL UBK menegaskan bagaimana peran dan posisi organisasinya sebagai pewaris api perjuangan Bung Karno, “Kami ingin membuktikan bahwa HIMAPOL UBK bukan hanya organisasi struktural, tapi rumah ideologis mahasiswa yang masih menyala semangat Soekarnois-nya”, kata Devia.

Di sisi lain, Milchias Jacob selaku Ketua Pelaksana menyampaikan sambutannya dengan penuh semangat. Ia mengingatkan bahwa mahasiswa UBK harusnya sebagai penerus perjuangan Bung Karno, “Tragedi Kudatuli bukan sekadar catatan kelam masa lalu, melainkan tanda bahwa rakyat diserbu oleh kekuasaan demi menghapus warisan Bung Karno. 

Diskusi ini adalah bentuk perlawanan terhadap penghapusan sejarah, dan suara mahasiswa UBK hari ini adalah warisan dari suara rakyat 27 Juli 1996. Kita hadir bukan hanya sebagai pewaris nama Bung Karno, tapi sebagai penerus perjuangan yang harus menyala, terus dan terus”, tutur Milchias.

Lebih lanjut, Faisyal yang juga merupakan dosen UBK mengingatkan bahwa sangat penting membangun kesadaran di kampus, “Desukarnoisasi bukan mitos. Ia hadir dalam kurikulum, dalam tafsir kebijakan, bahkan dalam framing media.

"Inilah sebabnya kita harus membangun kesadaran sejarah dari ruang-ruang kampus”, tutup Faisyal.

Quote