Ikuti Kami

Rampak Sarinah Ramaikan Kampanye Kebaya di Thailand

Rampak Sarinah mengikuti kampanye "Kebaya Goes to the World” di Thailand. 

Rampak Sarinah Ramaikan Kampanye Kebaya di Thailand
Rampak Sarinah, gerakan perempuan yang berdasarkan Pancasila yang menjadikan Buku Sarinah karya Presiden ke-1 RI Soekarno sebagai pedoman dalam berkegiatan, termasuk mengikuti kampanye "Kebaya Goes to the World” di Thailand. 

Semarang, Gesuri.id - Rampak Sarinah, gerakan perempuan yang berdasarkan Pancasila yang menjadikan Buku Sarinah karya Presiden ke-1 RI Soekarno sebagai pedoman dalam berkegiatan, termasuk mengikuti kampanye "Kebaya Goes to the World” di Thailand. 

Demikian dikatakan Politikus PDI Perjuangan Eva Sundari, dikutip dari Antara, Rabu (11/12).

Baca: Rampak Sarinah Berdiri di Kabupaten dan Kota Blitar

Eva Kusuma Sundari yang juga pengagas pembentukan Gerakan Rampak Sarinah di Semarang, Rabu pagi, mengatakan bahwa Rampak Sarinah juga aktif berpartisipasi di beberapa kegiatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI).

Kegiatan itu termasuk serangkaian diskusi kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) tentang kebaya pada bulan November 2019 di Kemenko PMK. FGD tentang kebaya ini, kata dia, yang mendasari program di Thailand tersebut.

Anggota DPR RI periode 2014 hingga 2019 ini lantas menyebutkan anggota Rampak Sarinah Jakarta, Sulistyani yang mengikuti kampanye kebaya di Thailand, 7 sampai 9 Desember 2019. Kegiatan ini diorganisasi oleh komunitas PBI yang diketuai oleh Rahmi Hidayati.

Selain mengorganisasi seminar, delegasi PBI juga melaksanakan fashion show, menyanyi yang diiringi musik angklung dan tari kebaya yang dipersembahkan PBI Yogyakarta.

Eva K. Sundari menegaskan bahwa Rampak Sarinah yang berdiri pada tanggal 26 Februari 2018 adalah gerakan perempuan berideologi nasionalis yang menggunakan kebaya putih sebagai seragam organisasi dengan bawahan kain nusantara.

Eva lantas menerangkan latar belakang penetapan kebaya berbahan kaus sebagai seragam komunitas itu, antara lain karena kebaya memang baju nenek moyang bangsa Indonesia sehari-hari untuk bertani, bakulan, mengajar, berkongres, pengajian, bahkan untuk bertarung seperti yang dilakukan Nyi Ageng Serang.

"Ciri organisasi kami adalah di kerudung Bu Fat yang berwarna merah," kata Eva.

Eva menekankan bahwa Rampak Sarinah sejak awal mendukung gerakan pelestarian kebaya sebagai warisan budaya Indonesia sebagai bagian dari pelaksanaan ajaran Trisakti Bung Karno.

Sebagai strategi gerakan budaya, tiga ajaran Trisakti harus dilaksanakan serentak secara simultan, yaitu kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan penguatan kepribadian.

"Untuk Trisakti, kami harus melakukan pembalikan strategi gerakan lingkungan, yaitu think locally, act globally (berpikir lokal, bertindak secara global)," kata Eva Sundari yang juga pendiri dan Ketua Kaukus Pancasila tersebut.

Menyinggung soal PBI, Eva mengatakan bahwa komunitas yang berdiri 2 tahun lalu ini juga ada di beberapa provinsi. Organisasi ini memperjuangkan pemakaian kebaya dalam kehidupan sehari-hari oleh para perempuan Indonesia dimana saja. Selanjutnya, berupaya agar ada penetapan Hari Berkebaya Nasional dari Pemerintah.

"Pengenalan kebaya ke dunia internasional akan cepat terlaksana apabila orang-orang Indonesia sesering mungkin menggunakan kebaya saat di luar negeri," kata Rahmi Hidayati, Ketua PBI, menambahkan keterangan Eva.

Baca: Eva Sundari Persiapkan Rampak Sarinah di PKKPN

Sementara itu, Sulistyani yang juga kader PDI Perjuangan menyatakan bahwa Rampak Sarinah bersama PBI akan melaksanakan kampanye kebaya untuk kalangan milenial dan pelajar putri.

"Di beberapa wilayah yang kepala daerahnya kader PDI Perjuangan, misalnya di Bali, Blitar, dan Solo, berkebaya sudah menjadi seragam pelajar dan ASN pada hari tertentu sesuai dengan perda setempat," jelas Sulistyani.

Quote