Ikuti Kami

Semangat Jong Indonesia di Era Digital: Manfaat Organisasi Pemuda Kekinian

Jika pemuda 1920-an berjejaring lintas daerah demi menyatukan visi kebangsaan, pemuda masa kini dapat memanfaatkan platform digital

Semangat Jong Indonesia di Era Digital: Manfaat Organisasi Pemuda Kekinian
Ilustrasi pemuda digita masa kini (AI)

SEJAK masa pra-kemerdekaan, pemuda selalu menjadi motor perubahan bangsa. Melalui organisasi seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, dan Perhimpunan Indonesia, generasi muda Indonesia menyatukan semangat kebangsaan yang akhirnya berpuncak pada Sumpah Pemuda 1928. Kini, hampir satu abad kemudian, semangat itu perlu dihidupkan kembali dalam konteks baru — era digital.

Organisasi pemuda di masa kini, baik yang berbasis komunitas, kampus, maupun platform digital, memiliki peran strategis untuk meneruskan perjuangan generasi terdahulu: memperkuat karakter bangsa, membangun jejaring, serta menanamkan nilai tanggung jawab sosial di tengah kemajuan teknologi.

1. Pengembangan Keterampilan dan Kepemimpinan

Seperti halnya organisasi pemuda tempo dulu yang menjadi wadah latihan kepemimpinan—misalnya Jong Java yang banyak melahirkan tokoh seperti Soegondo Djojopuspito dan Mohammad Yamin—organisasi pemuda di era digital juga menjadi tempat berlatih keterampilan.

Melalui kegiatan seperti pelatihan, seminar, hingga pengelolaan proyek sosial, pemuda dapat mengasah kemampuan komunikasi, manajemen, dan teknologi. Ini sejalan dengan nilai-nilai “belajar memimpin untuk mengabdi” yang dulu menjadi dasar organisasi pergerakan.


2. Jaringan dan Koneksi Global

Jika pemuda 1920-an berjejaring lintas daerah demi menyatukan visi kebangsaan, pemuda masa kini dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas koneksi lintas negara.

Media sosial, forum daring, dan komunitas internasional menjadi sarana untuk berkolaborasi dalam bidang pendidikan, ekonomi kreatif, hingga inovasi sosial.

Dengan jejaring yang luas, semangat solidaritas antar generasi muda bangsa dapat terus dijaga dan diperluas ke ranah global.

3. Kesadaran Sosial dan Nasionalisme Digital

Organisasi pemuda zaman dahulu menjadi ruang pembentukan kesadaran nasional — menumbuhkan rasa cinta tanah air di tengah penjajahan.

Kini, tantangannya berbeda: menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah banjir informasi dan disinformasi digital.

Organisasi pemuda di era digital dapat berperan sebagai penjaga moral publik, menyebarkan informasi yang mencerahkan, serta menggerakkan kampanye sosial di bidang lingkungan, pendidikan, dan kesehatan.


4. Kreativitas dan Inovasi

Semangat berorganisasi juga menumbuhkan daya cipta. Pemuda kini dapat menyalurkan ide-ide kreatif dalam bentuk start-up, konten edukatif, hingga gerakan digital yang membawa dampak sosial.

Seperti Perhimpunan Indonesia di Belanda yang dulu memperkenalkan gagasan “Indonesia Merdeka” lewat tulisan dan diskusi, pemuda masa kini dapat memanfaatkan teknologi digital untuk memperjuangkan gagasan kemajuan bangsa melalui ruang-ruang kreatif yang terbuka luas.


5. Rasa Kepemilikan, Tanggung Jawab, dan Etika Sosial

Organisasi mengajarkan tanggung jawab — baik terhadap diri sendiri, sesama, maupun bangsa.

Anggota organisasi belajar memegang amanah, bekerja dalam tim, dan menghargai perbedaan.

Di dunia digital yang serba cepat dan sering individualistis, nilai-nilai ini menjadi pondasi penting agar pemuda tidak kehilangan arah moral dan sosialnya.

6. Dukungan terhadap Kesehatan Mental dan Sosial

Selain pengembangan intelektual, organisasi pemuda juga menjadi tempat dukungan emosional dan sosial.

Di tengah tekanan dunia digital dan kompetisi tinggi, ruang seperti ini penting untuk menjaga kesehatan mental generasi muda.

Diskusi terbuka dan kegiatan berbasis solidaritas memperkuat empati dan rasa saling peduli antaranggota.

7. Akses terhadap Informasi dan Sumber Daya

Organisasi pemuda dapat menjadi jembatan antara pemuda dan peluang, baik dalam bentuk beasiswa, pelatihan, maupun dukungan usaha.

Dengan kemampuan mengelola informasi digital, organisasi pemuda dapat memperluas akses anggotanya ke sumber daya global — melanjutkan semangat para pemuda perintis yang dulu menimba ilmu demi kemajuan bangsa.


Kesimpulan

Dari Kramat Raya 106—tempat lahirnya Sumpah Pemuda—hingga dunia digital masa kini, esensinya tetap sama: persatuan, tanggung jawab, dan pengabdian pemuda bagi bangsa.

Organisasi pemuda, dalam bentuk apa pun, adalah wadah untuk menyalurkan energi perubahan dan melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa.

Di era digital, semangat Jong Indonesia harus diterjemahkan menjadi “Kolaborasi Digital untuk Indonesia Maju.”


Referensi:

1. Yamin, Mohammad. Sumpah Pemuda: Kumpulan Karangan dan Uraian. (Jakarta: Balai Pustaka, 1959).
2. Sartono Kartodirdjo. Pemikiran dan Perkembangan Nasionalisme di Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 1987).
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Arsip Museum Sumpah Pemuda, Kramat Raya 106 Jakarta.
4. Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia since c.1200. (Stanford University Press, 2008).
5. Lembaga Arsip Nasional RI, Dokumen Organisasi Kepemudaan 1918–1930.

*Tulisan ini merupakan rangkaian kegiatan Merah Muda Fest 2025 untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025 yang akan diselenggarakan Selasa 28 Oktober 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan Jakarta dan Sabtu 1 November 2025 di GOR Among Rogo Yogyakarta.

Quote