Jember, Gesuri.id - Sekertaris anggota komisi D DPRD Jember Indi Naidha menyoroti lambatnya proses penanganan di tingkat desa dan kepolisian terkait kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang viral di media sosial Instagram dan TikTok yang tengah menggemparkan warga Jember. Hal itu di katakan Indi dalam keterangan resminya yang diterima, Selasa (21/10/2025).
“Saya menyoroti lambatnya penanganan kasus ini. Saya bahkan harus langsung menghubungi direktur rumah sakit agar proses visum korban bisa dipercepat. Alhamdulillah, hasil visum keluar dan sudah diserahkan ke Polsek Balung,” ujarnya.
Politisi muda fraksi PDI Perjuangan itu juga menegaskan bahwa kasus ini kini menjadi atensi serius dan sedang dalam proses pengawalan menuju Polres Jember.
“Kami fokus pada pemulihan psikologis korban, sudah menyiapkan pendampingan hukum, dan terus berkoordinasi dengan pihak Polres. Harapan kami, kasus ini segera dituntaskan dan pelaku segera diamankan,” lanjutnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa kasus ini menyita perhatian publik karena adanya dugaan keterlibatan aparat desa dalam upaya menutupi atau memperlambat proses hukum.
“Yang membuat kami kecewa, adanya oknum perangkat desa yang seolah-olah mengabaikan dan tidak mendukung korban. Padahal ini kasus serius. Keluarga pelaku pun terkesan tidak menunjukkan itikad baik,” tegasnya.
Indi mengatakan jika hingga saat ini, pelaku SA masih dalam pencarian pihak kepolisian. Kasus ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi semua pihak mulai dari pemerintah desa, aparat penegak hukum, hingga lembaga perlindungan perempuan dan anak untuk memperkuat koordinasi dan mempercepat proses hukum agar korban memperoleh keadilan dan perlindungan yang layak.
Sebelumnya, dikutip dari radarjember.jawapos.com kasus dugaan pelecehan dan kekerasan seksual yang viral di media sosial Instagram dan TikTok tengah menggemparkan warga Jember. Korban, perempuan berusia 22 tahun berinisial FS, menjadi korban dugaan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku berinisial SA di Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, pada 14 Oktober 2025 dini hari.
Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB di rumah korban. Berdasarkan keterangan salah satu rekan dekat FS, pelaku diduga memukul korban hingga menyebabkan luka lebam di bagian kelopak mata. SA juga disebut mengancam akan membunuh korban saat korban berteriak meminta pertolongan, hingga akhirnya FS terdiam karena ketakutan.
Dugaan sementara, tindakan pelaku telah direncanakan sebelumnya, karena pada malam kejadian SA diketahui sempat menenggak minuman keras sebelum melakukan aksi tidak senonohnya.
Usai kejadian, korban langsung melapor kepada kepala desa setempat. Namun, laporan tersebut tidak mendapat respons perlindungan yang semestinya. Bahkan, menurut keterangan sumber lapangan, korban sempat diminta menikah dengan pelaku, yang ternyata merupakan keponakan kepala desa. Korban menolak saran tersebut.
Beberapa hari setelah kejadian, keluarga pelaku disebut datang menemui korban dan menawarkan uang Rp150.000, namun korban dengan tegas menolak. Tindakan ini menimbulkan kemarahan dan keprihatinan publik, karena dinilai tidak menghormati martabat korban dan justru memperkeruh proses penyelidikan.