Ikuti Kami

Persamaan Liverpool dan PDI Perjuangan

Kondisi Liverpool hari ini mirip PDI Perjuangan yang pasang surut dalam lingkaran kekuasaan

Persamaan Liverpool dan PDI Perjuangan
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) berfoto bersama kader partai saat peluncuran "tagline" dan atribut partai untuk kalangan milenial di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Kamis (20/9/2018).(Antara foto: Aprilio Akbar)

COMEBACK sensasional Liverpool di Semifinal Liga Champions dengan melumat Barcelona empat gol tanpa balas, setelah sebelumnya kalah 3-0 di leg pertama, mendekatkan Liverpool ke tangga juara.

Di Liga Inggris, Liverpool bersaing sengit dengan Manchester City untuk merebut titel juara.

Jika berhasil merengkuh juara Liga Inggris musim ini, Liverpool akan memecahkan telur setelah terakhir kali juara Liga tahun 1990. Di Liga Champions, Liverpool juga di ambang juara setelah melaju ke Final dan menunggu pemenang antara Ajax Amsterdam atau Totenham Hotspurs.

Kondisi Liverpool hari ini mirip PDI Perjuangan yang pasang surut dalam lingkaran kekuasaan. 

PDI Perjuangan pernah mengalami kejayaan di fase Reformasi, dimana tahun 1999 keluar sebagai pemenang Pemilu. Namun meskipun juara saat itu, posisi Presiden yang masih dipilih oleh MPR, kandas.

Ketua Umum PDI Perjuangan Hj. Megawati Soekarnoputri yang pada Pemilu tahun 1999 dicalonkan sebagai Presiden, kalah dalam pemungutan suara di MPR dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). 

Dalam kondisi perpolitikan Indonesia yang memanas saat itu, manuver Poros Tengah pada akhirnya melengserkan Gus Dur dari kursi Presiden dan menjadikan Megawati Soekarnoputri yang merupakan Wakil Presiden, menggantikan Gus Dur sebagai Presiden RI kelima.

Dalam keikutsertaan di Pemilu 2004 hingga Pemilu tahun 2014, PDI Perjuangan selalu gagal keluar sebagai pemenang Pemilu, baik Pileg maupun Pilpres.

Puasa kekuasaan saat itu menempatkan PDI Perjuangan sebagai oposisi di Parlemen. Selama 10 tahun menjadi oposisi yang kaya akan gagasan visioner untuk pembangunan dan selalu kritis terhadap Pemerintah, namun bukan asal kritis, melainkan kritis yang membangun, menjadikan PDI Perjuangan semakin dicinta masyarakat Indonesia atas konsistensinya. 

PDI Perjuangan sebagai partai yang kenyang pengalaman dalam jagad perpolitikan di Indonesia, meskipun  'dikebiri' Orde Baru, namun Banteng tetap tegar dan tidak pernah cengeng merengek-rengek karena didzalimi, diintimidasi atau dicurangi selama Orde Baru.

Platform Partai yang kuat dan mengakar secara ideologi, menjadikan PDI Perjuangan besar karena digembleng sejarah. PDI Perjuangan lahir dari rahim zaman pergerakan kemerdekaan. 

Dari spirit PNI dan fusi sejumlah partai yang melebur menjadi PDI di zaman Orba itulah yang menjadikan PDI Perjuangan sebagai partai besar dan mengakar karena ditempa oleh dinamika politik. PDI Perjuangan selalu siap menghadapi segala cuaca politik di setiap fase konsolidasi demokrasi di Indonesia.

Setelah menang Pemilu 2014 dan kembali menang secara beruntun di Pileg dan Pilpres 2019, menunjukkan bahwa kekuasaan itu memang dipergilirkan oleh Tuhan. Karena seperti janji Tuhan, suatu kaum tidak akan pernah bisa mengubah nasibnya, hingga mereka mengubah diri mereka sendiri.

Dan ikhtiar politik PDI Perjuangan hingga mencapai titik kejayaan seperti ini adalah sebuah proses panjang. 

Kembali ke soal comebacknya Liverpool atas Barcelona dalam pertandingan leg kedua Semifinal Liga Champions, Selasa (7/5/2019) malam, sama seperti spirit perjuangan PDI Perjuangan yang tak pernah gentar menghadapi segala cobaan seperti fitnah keji, hoax dan ujaran kebencian.

Meskipun difitnah sedemikian keji sebagai partai yang menampung antek PKI, anti Islam dan Ulama, PDI Perjuangan tetap berkibar dan berjaya. Rakyat sudah cerdas memilah informasi dan memilih partai politik mana yang tulus dan komitmen dalam memperjuangkan aspirasinya.

Begitu pun Liverpool yang sedang berupaya untuk mengakhiri puasa gelarnya. Puasa gelar Liga sejak tahun 1990 dan Liga Champion terakhir musim 2004-2005, perlahan akan mulai dibayar dengan harapan untuk merengkuh kembali gelar juara sejak dilatih Jurgen Klopp. 

Ya, ada dua harapan gelar juara yang bisa diraih Liverpool hingga akhir musim: Liga Inggris dan Liga Champions. Segala hal bisa terjadi, dan sama seperti dunia politik yang selalu bermain dengan dinamika dan seni kemungkinan atau "art possible". Karena segala sesuatu yang tidak mungkin dapat diubah menjadi mungkin. 

Sama seperti comeback sensasional Liverpool atas Barcelona di big match Semifinal Liga Champions semalam. Atau pertandingan luar biasa sepanjang sejarah: final Liga Champions tahun 2005 di Istanbul Turki, dimana saat itu di babak pertama, Liverpool tertinggal 3-0 dari AC Milan dan menyamakan kedudukan menjadi 3-3 di babak kedua hingga memaksa pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti. Dan Liverpool akhirnya keluar sebagai juara Champions.

Seni kemungkinan juga terjadi saat kader terbaik PDI Perjuangan Joko Widodo yang 15-20 tahun belakangan namanya tidak pernah diperhitungkan dalam dunia perpolitikan Indonesia, namun akhirnya menjadi Presiden RI tahun 2014.

Tak ada yang mengira, seorang tukang kayu, berperawakan kurus seperti Jokowi bisa memimpin Indonesia, bangsa besar dengan jumlah penduduk sekitar 263 juta orang, dan juga penduduk Muslim terbesar di dunia.

Itulah sekilas "cocoklogi" kejayaan The Reds Liverpool dan PDI Perjuangan. Selain keduanya sama-sama memiliki warna merah sebagai warna kebesaran mereka, persamaan nasib puasa gelar atau puasa berkuasa sama-sama pernah mereka alami. Pasang surut sebagai sebuah klub besar dan partai besar, sudah dilalui keduanya. 

Salam YNWA untuk Liverpool. Karena dengan YNWA, segalanya bisa terjadi di Anfield. Dan salam merah total, menang total, Mega total dan Merdeka! untuk banteng.

Quote