Ikuti Kami

Revitalisasi Nilai Kejuangan Pahlawan

Oleh: E.Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg PDI Perjuangan untuk DPR RI Daerah pemilihan NTB 2

Revitalisasi Nilai Kejuangan Pahlawan
Oleh: E.Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg PDI Perjuangan untuk DPR RI Daerah pemilihan NTB 2

DALAM bukunya On Heroes and Hero-Worship (1841), sejarawan Thomas Carlyle (1795-1881) mengatakan tentang sosok pahlawan: “Mereka adalah orang-orang asli, orang-orang sejati di setiap era, yang kebenarannya membentang di luar waktu mereka. Mereka adalah tipikal, kedewasaan murni dan kebajikan. Mereka adalah para pemimpin manusia, orang-orang hebat; para pemodel, pola, dan pencipta secara luas, dari apa pun yang dilakukan oleh orang-orang umum untuk dikerjakan atau dicapai". 

Selanjutnya, Carlyle mengatakan pemujaan pahlawan itu wajar saja karena kita mengakui bahwa orang-orang ini mewujudkan kebesaran yang diperjuangkan semua orang.

Dalam konteks nasionalisme, kita mendapat ketegasan yang lugas dari seruan Dr. Douwes Dekker ini: “Tuan-tuan, aku tidak ingin disebut seorang veteran. Sampai masuk ke liang kubur aku ingin menjadi pejuang untuk Republik Indonesia”.

Kemudian dalam hal perjuangan, Bung Karno mengingatkan kita semua: “Perjuanganku lebih mudah  karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena menghadapi bangsamu sendiri”.

Tesis & Antitesis

Terhitung sampai dengan tanggal 10 November 2018, sebanyak 160 laki-laki dan 13 perempuan telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Mereka berasal dari seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh sampai Papua, dari berbagai etnis meliputi Indonesia, Arab,  Tionghoa, India, dan seorang dari Eurasia. Mereka terdiri dari Perdana Menteri, gerilyawan, menteri, prajurit, bangsawan, rakyat jelata, terpelajar, jurnalis, seniman, ulama, dan uskup.

Di sisi lain, data Tindak Pidana Korupsi  "Anti-Corruption Clearing House" KPK sampai dengan 30 Juni 2018 mencatat sejumlah 867 koruptor dari berbagai profesi/ jabatan. Garis besar rinciannya, 205 dari legislatif (DPR/ DPRD), 25 eksekutif (Lembaga/ Kementerian), 19 Gubernur, 87 Bupati/ Walikota, 190 PNS/ ASN, 37 penegak hukum (hakim, jaksa, polisi, pengacara), 204 pelaku swasta.

Bangsa ini memiliki banyak pahlawan sekaligus koruptor. Seremonial penghargaan kepada para pahlawan dilaksanakan setiap Hari Pahlawan dan beberapa momen lainnya, sementara kontestasi berita tertangkapnya para tersangka koruptor terjadi sepanjang tahun. 

Semestinya arti kepahlawanan justru jauh lebih menggema ketika para pengkhianat mandat rakyat dipublikasikan laksana kaum selebriti. 

Sejalan dengan itu, sebutan pahlawan tanpa tanda jasa yang sering disematkan kepada para guru, pahlawan devisa untuk para TKI, pahlawan kemanusiaan yang berjibaku pasca bencana alam, pahlawan olahraga, pahlawan inovasi, dan pahlawan bidang-bidang lainnya harus menjadi publikasi yang semakin gencar mengisi ruang-ruang publik.

Perlawanan yang diwarnai perjuangan para pahlawan nasional di era kolonialis dan imperialis demi meraih dan mempertahankan kemerdekaan telah berlalu. Kini, penyebutan pahlawan yang mengacu kepada peran dan profesi yang melintasi batas perbedaan menjelaskan bahwa siapa pun anak bangsa dapat berjuang mendedikasikan diri sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana seruan Dr. Douwes Dekker di awal tulisan ini.

Perjuangan mengusir penjajah adalah ibarat tesis, sementara perjuangan melawan keserakahan demi kepentingan diri dan golongan, nafsu menguasai hajat hidup masyarakat dan mengeksploitasi warga yang lebih lemah adalah anti-tesis. Dalam konteks antitesis, nilai-nilai perjuangan masih ada. Inilah yang dijelaskan oleh Bung Karno dalam ungkapannya di atas.

Sintesis

Friedrich Hegel (1170-1831), filsuf idealis Jerman, berpendapat bahwa setiap tesis akan menimbulkan antitesis dan pada gilirannya menghasilkan/  menurunkan sintesis. Sintesis pada halekatnya adalah tesis baru sehingga pada saatnya akan mendapatkan reaksi baru yaitu antitesis. Dengan demikian akan membutuhkan sintesis yang baru lagi.

Abad milenium ditandai dengan perlombaan di segala bidang oleh setiap negara dengan kecepatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kompetisi ini digambarkan dengan gamblang sebagai "Infinity War." Neo-kolonialisme dan neo-imperialisme adalah kapitalisme globalisasi. Penjajahan tidak lagi mengandalkan pertempuran fisik, tetapi melalui berbagai proksi di bidang politik, ekonomi, pertahanan, pendidikan, kesehatan, sosial sampai budaya. 

Pada masa lalu, perbedaan bahkan konflik adalah hal yang biasa. Sekalipun pertentangan itu keras namun sudah terpatri dalam jiwa mereka bahwa hal itu  merupakan proses menemukan dan meneguhkan rumah besar Indonesia. Primordial diaduk-aduk (divide et impera) namun semuanya bergerak untuk mewujudkan keindonesiaan, bentuk kesatuan yang tidak terdiferensiasi. Sekarang identitas keindonesiaan mendapat tantangan. Kebhinnekaan dibenturkan dengan perbedaan, partikularitas diferensiasi.

Globalisasi membuat dunia tidak lagi berbatas sekaligus mengubah perilaku penduduk. Ruang publik dan budaya sipil telah dipecah oleh internet. Banyak media membanjiri ruang publik dengan disinformasi, kebohongan dan kebencian.  Polarisasi yang membelah masyarakat semakin terbentuk dan makin tajam. Nasionalisme tergerus oleh globalisasi. Kapitalisme memberi jalan bagi yang kuat menjadi pemenang yang menciptakan pecundang. Nasionalisme mendapat tantangan egoisme individualisme dan primordialisme. 

Dua pengertian di atas membutuhkan penyatuan agar tercipta konsep baru yang merangkum keduanya. Sebuah sintesis yang merangkum kesatuan baik perjuangan melawan kekuatan dan pengaruh asing maupun perjuangan melawan nafsu kebatilan dan upaya perpecahan.   

Merawat Indonesia

Bukan pekerjaan mudah untuk merawat Indonesia. Namun tugas merawat Indonesia dengan kebhinnekaannya adalah tugas mulia bagi kita semua sebagai warga negara Indonesia. Inilah sejatinya peran pahlawan masa kini.
Kebhinnekaan adalah anugerah. Meminjam kalimat Hegel, "The State as March of God on Earth."

Apabila kita memahami sejarah bangsa ini dan perjuangan para pahlawannya, maka Persatuan dan Kesatuan bangsa pasti dipegang erat dan senantiasa dipertahankan. 

Setiap warga negara Indonesia bisa menjadi pahlawan sebelum dia gugur.

Selamat Hari Pahlawan
10 Nopember 2018

Quote