Ikuti Kami

Eva Sundari: Kader Banteng Wajib Berpikir Cara Bung Karno

“Kita itu kader Bung Karno, cara berpikirnya harus seperti Bung Karno, cara melihat masalahnya seperti Bung Karno".

Eva Sundari: Kader Banteng Wajib Berpikir Cara Bung Karno
Direktur Institut Sarinah (InSari), Eva Kusuma Sundari kepada peserta Pendidikan Kader Madya, DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, di Wisma Perjuangan, Oro-oro Ombo, Kota Batu, Kamis (9/12).

Batu, Gesuri.id - Direktur Institut Sarinah (InSari), Eva Kusuma Sundari mengatakan, bahwa cara setiap orang berbuat dan berpikir ditentukan oleh metode berpikirnya. Termasuk sosok Bung Karno, bapak bangsa Indonesia yang terkenal akan metode berpikir yang profresif dan revolusioner.

Baca: 248 Kecelakaan Transjakarta, Ada Ancaman ke Sopir 

Oleh karenanya, sebagai penerus ajaran ideologis Bung Karno, Eva minta kader-kader PDI Perjuangan wajib untuk bisa memahami metode berpikir Bung Karno tersebut.

“Kita itu kader Bung Karno, cara berpikirnya harus seperti Bung Karno, cara melihat masalahnya seperti Bung Karno. Tentu karena kita ada di kandang yang Bung Karno kembangkan, aneh kalau kita tidak menyamakan pemikiran dengan beliau,” ujar Eva, kepada peserta Pendidikan Kader Madya, DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, di Wisma Perjuangan, Oro-oro Ombo, Kota Batu, Kamis (9/12).

Secara daring, Eva menerangkan melalui pemahaman tentang Metode Berpikir Bung Karno, kita dituntut sebagai seorang pribadi yang merdeka dan bebas dari sistem yang menindas.

Untuk itu, diperlukan sebuah cara berpikir yang revolusioner, dialektis, dan idealisme. Ketiga hal itu, lanjut dia, adalah aspek yang dimiliki dan dikuasai Bung Karno, sehingga dia bisa menghasilkan karya-karya, pemikiran, dan pidato politik yang luar biasa hebat.

“Sampai kemudian beliau mengembangkan marhaenisme. Marhaenisme itu adalah pemikiran yang dipikir ulang kembali,” jelasnya.

Eva menambahkan, marhaenisme ini adalah buah pemikiran Bung Karno sebagai solusi atas problematika yang dihadapi masyarakat Indonesia. Perpaduan antara nilai-nilai positif dari dua kutub ideologi dunia, sosialisme dan kapitalisme.

“Jangan lupa beliau itu idealis, jadi beliau punya pakem dalam berpikir. Pakemnya atau framework nya itu ideologis idealnya apa? Idealnya ya Pancasila,” tegas Eva.

Termasuk bagaimana dalam logika berpikirnya, Bung Karno telah menemukan realitas dimana masyarakat Indonesia tumbuh dan berkembang hidup secara berdampingan bersama dengan alam di sekitarnya.

“Berbaiklah kepada alam, maka alam akan berbaik kepada Anda. Ini pesannya Bung Karno, karena alam berpikirnya Bung Karno sudah memikirkan ekosistem alam yang luas,” imbuhnya.

“Penelitian wong NU itu juga menunjukkan, ketika kita bersahabat dengan alam, alam akan memberikan hasil yang luar biasa,” lanjut dia.

Dalam keseharian berpartai, menurutnya, logika untuk hidup menjadi satu dengan alam juga bisa dipraktikkan. Bahwa partai adalah sebuah organisasi hidup yang terdiri dari berbagai macam individu yang menghidupinya.

Baca: Tiga Direksi Transjakarta Ini Harus Segera Dicopot

“Ketika dipraktikkan di organisasi sistem yang terdiri dari orang, struktur, dan proses. Kalau itu digerakkan bersama, maka akan menjadi organisasi yang healthy atau sehat,” tandasnya.

Eva menyebut, metode berpikir Bung Karno ini, menjadi contoh yang baik, bagaimana dalam pemikiran dan tindakannya didasarkan pada kenyataan yang dialaminya atau lingkungan di sekitarnya.

Hal ini, dipandang akan mampu memperkuat dan mensolidkan PDI Perjuangan sebagai sebuah barisan kaum nasionalis-soekarnois, yang dalam gerakan kepartaian didasarkan kepada realitas yang berdasarkan data dan kebutuhan rakyat marhaen. Dilansir dari pdiperjuanganjatim.

Quote