Ikuti Kami

Kala Djarot Berbagi Kisah Karir Politiknya

Djarot kisah perjalan politiknya untuk menyemangati para bakal calon kepala daerah dari PDI Perjuangan.

Kala Djarot Berbagi Kisah Karir Politiknya
Mantan wali kota Blitar dan gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.

Sidoarjo, Gesuri.id - Mantan wali kota Blitar dan gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, membagi kisah perjalan politiknya untuk menyemangati para bakal calon kepala daerah dari PDI Perjuangan.

Termasuk untuk putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka yang masuk menjadi bakal calon wali kota Solo dari partai itu.

Menurut Djarot, para bakal calon dan nantinya akan menjadi calon itu, tak perlu takut soal modal finansial untuk maju di Pilkada. Berkaca dari pengalaman dirinya sendiri, Djarot mengatakan ada yang namanya garis tangan, keberuntungan, serta buah dari pengalaman ideologis.

Baca: Jejak Karir Politik Megawati Penuh dengan Tetesan Air Mata

Djarot memulai dari pengalamannya menjadi calon wali kota Blitar pada tahun 2000. Saat itu, Pilkada belum dilaksanakan secara langsung, namun melalui DPRD. Di tengah kebobrokan sistem saat itu dimana para calon disebut kerap harus setor uang ke para anggota DPRD sebagai pemilih kepala daerah, Djarot mengaku justru hanya keluar Rp 36 ribu.

"Hanya 36 ribu untuk biaya beli materai sebagai syarat dokumen pencalonan dan untuk fotokopi SK dari DPP PDI Perjuangan," kata Djarot.

Djarot kembali menjadi calon wali kota Blitar dari PDI Perjuangan pada 2005. Kali ini, Pilkada sudah dilaksanakan secara langsung. Walau meningkat, namun biayanya tak miliaran rupiah. 

"2005, saya keluar sekitar Rp200 juta. Itupun hanya untuk biaya saksi," kata Djarot.

Kali berikutnya, Djarot bilang ketika dirinya dinominasikan untuk menjadi wakil gubernur Jakarta, sama sekali tak ada biaya yang dikeluarkannya. Sebab saat itu masih ada aturan bahwa calon wakil gubernur Jakarta diusulkan oleh gubernur tanpa perlu persetujuan DPRD DKI Jakarta. Gubernurnya saat itu adalah Basuki Tjahaja Purnama.

"Makanya saya ingin katakan kepada para calon kepala daerah dari PDI Perjuangan, jangan takut bila tak punya modal finansial besar. Bekerja saja yang baik sekaligus terbaik," kata Djarot.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto lalu menimpali bahwa perjalanan politik Djarot selalu dilingkupi momentum keberuntungan yang hadir di saat tepat. 

Satu lagi faktor yang mempengaruhinya adalah kerja tulus Djarot sebagai kader partai yang membuka kaca pembatas makam Bung Karno dari warga masyarakat Blitar.

Untuk diketahui, di era Orde Baru, makam Bung Karno ditutupi dengan kaca. Oleh Djarot, ketika menjadi wali kota pertama kalinya, kaca antipeluru itu supaya rakyat bisa bersentuhan langsung dengan makam Sang Proklamator.

Baca: Megawati Jadi Ilham Kesuksesan Karir Politik Sri Untari

"Saya sering menyebut bahwa kartunya Pak Djarot tak pernah mati. Dan nasib baik Pak Djarot itu tak terlepas dari jasa dan kerjanya menjaga makam Bung Karno," kata Hasto.

Djarot lalu menimpali apa yang dikatakan Hasto itu dengan sebuah pengakuan. Bahwa dirinya memang dulu kerap disebut sebagai kuncen alias juru kunci makam Bung Karno.

"Makanya sampai sekarang saya selalu diliputi keberuntungan," tandas Djarot.

Quote