Ikuti Kami

Megawati Akui Ini Alasan Gabung ke PDI di Era Orba

"Ketika saya diminta untuk masuk ke politik dan saya berpikir saya harus bergabungnya di mana? Saya ingat bahwa PNI itu berfusi jadi PDI".

Megawati Akui Ini Alasan Gabung ke PDI di Era Orba
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya di puncak perayaan HUT PDI Perjuangan ke-49, Senin (10/1). (youtube PDI Perjuangan)

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengakui awalnya bingung saat diminta bergabung ke PDI (Partai Demokrasi Indonesia) di era Orde Baru.

Ia mengingat bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) yang merupakan partai yang didirikan oleh ayahnya Bung Karno pada 4 Juli 1927, telah berfusi menjadi PDI. PDI kala itu hanya dianggap partai "wong cilik" dan partai "sendal jepit".

Baca: Mega: Kerja Politik Terbaik Cara Terektif Menangkan Pemilu

"Ketika saya diminta untuk masuk ke politik dan saya berpikir saya harus bergabungnya di mana? Lalu saya ingat bahwa PNI itu berfusi jadi PDI. Itulah mengapa saya bergabung di PDI dan kebetulan saya diminta untuk menjadi salah satu anggota DPR pada waktu itu dan mungkin sudah begitu lah jalannya," kata Megawati dalam pidatonya di puncak perayaan HUT PDI Perjuangan ke-49, Senin (10/1). 

Megawati melanjutkan, sebagai anggota DPR ditugaskan turun ke Jawa Tengah. Ia tahu Jawa Tengah dengan melihat peta tetapi ia tidak pernah tahu situasi sosio politiknya seperti apa. Dan ketika mulai bertemu dengan masyarakat Jateng pada waktu itu, situasinya tidak seperti hari ini, karena banyak di antara mereka yang memandang dirinya dengan pemuh rasa takut. 

"Jangan dipikir suasana masih sudah seperti sekarang banyak orang yang hanya melihat saya dan saya tahu mereka punya rasa antara takut dan ingin bertemu, karena kita tahu pada waktu itu seperti apa keadaannya," ungkapnya.

Presiden RI ke-5 ini mengaku dirinya sudah mulai merasakan bahwa akan sangat berat atau tidak bagi dirinya untuk menjadi anggota DPR kalau hanya untuk bertemu orang saja sulit sekali. Tetapi pada waktu itu, dirinya dapat merasakan dari kumpulan masyarakat itu dari kejauhan, banyak dari mereka yang melihatnya dengan mata yang bersinar. 

"Saya dekati mereka, saya salaman, mau. Saya agak lega "oh mereka ternyata tidak takut kepada saya, tetapi pada situasional pada waktu itu. Jadi saya tanya pada mereka satu per saty "bapak dari mana?, ibu dari mana?" Rata-rata yang laki-laki lalu mengatakan, karena di Jawa Tengah saya berbahasa Jawa, lalu mereka bilang begini "Kulo meniko PNI ibu, saya ini PNI ibu". Wah, hati saya, jantung saya berdegup-degup, mereka mau kenal saya," cerita Mega dengan ekspresi haru.

Kemudian, kata Mega, ada menanyakan apalah benar ia putri dari Bung Karno, lalu ia menjawab benar bahwa ia putri Bung Karno bernama Megawati Soekarnoputri dan ekspresi orang itu berubah dan matanya berbinar. "Tapi saya ditanya bahasa Jawa tapi saya terangkan dengan bahasa Indonesia "Betulkan ibu putrinya Bung Karno?". 

Baca: Megawati Ingatkan Pemilu 2024 Harus Dipastikan Berhasil 

"Iya, saya Megawati Soekarnoputri, putrinya Bung Karno". Saya langsung melihat mata itu bersinar-sinar seperti ini," terangnya. Megawati mengaku, awalnya ia tidak tahu apa-apa. Tetapi karena terjun langsung ke politik praktis, ia memahami bahwa itu adalah rasa ikatan yang muncul. Kemudian, orang itu menyemangatinya untuk meneruskan apa yang ia lakukan. 

"Tadinya saya tidak mengerti tapi akhirnya saya berkecimpung secara politik praktis maka saya tahu itu adalah rasa bounding, bounding yang barangkali tidak saya rasakan itu. Itu langsung bisa saya tahu, mereka mengatakan "teruskan ibu" tapi saya tidak dipanggil ibu pada waktu itu, saya dipanggilnya Jeng Mega, dan tanpa berkata macam-macam, kami bantu," sambung Mega.

Quote