Ikuti Kami

Sabam: Sistem Demokrasi di Indonesia Berbeda dengan Eropa

Sabam meyakini kepemimpinan Presiden Joko Widodo mampu mempersatukan perbedaan yang ada di Tanah Air.

Sabam: Sistem Demokrasi di Indonesia Berbeda dengan Eropa
Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait. Foto: kompas.com.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait mengingatkan bahwa demokrasi di Tanah Air tidak bisa dipaksakan agar semua pihak harus masuk dalam pemerintahan. 

Atau sebaliknya, bahwa dalam satu pemerintahan diwajibkan harus ada oposisi.

Baca: Wacana Rekonsiliasi Harus Perhatikan Aspirasi Akar Rumput

"Tidak harus begitu. Sistem demokrasi kita tak harus sama dengan dunia lain, seperti Eropa. Kita mempunyai sistem demokrasi sendiri yaitu musyawarah mufakat," papar Sabam di Jakarta, Selasa (2/7). 

Untuk itu Sabam meyakini kepemimpinan Presiden Joko Widodo mampu mempersatukan perbedaan yang ada di Tanah Air. Hal ini termasuk dalam pemilihan menteri yang mengisi kursi kabinet nanti.

"Saya sangat percaya Jokowi itu seorang negarawan yang bisa mempersatukan bangsa Indonesia," kata Sabam.

Secara khusus Sabam mengapresiasi semua pihak yang telah ikut serta dalam kontestasi demokrasi ini. Ia pun memastikan, saat ini, sistem demokrasi di Indonesia terus mengalami kemajuan dan perbaikan. 

"Sekarang beda dengan zaman dulu. Demokrasi sudah semakin baik. DPR, MPR, DPD dan Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Tentu saja membangun terus demokrasi ini bukan hal mudah. Apalagi jumlah penduduk Indonesia kelima terbesar di dunia," kata Sabam.

Sabam menyebutkan sejumlah indikasi mengapa demokrasi Indonesia kian maju. Yaitu pemilihan langsung oleh rakyat dan kebebasan pers yang kian terbuka. 

Baca: Masinton Tegaskan Pentingnya Peran Oposisi di Pemerintahan

Lebih lanjut Sabam mengajak semua anak-anak muda untuk sama-sama membantu pemerintahan Jokowi mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera.

"Dari generasi ke generasi, peran anak muda itu sangat penting. Budi Utomo, Sumpah Pemuda, perang pra-kemerdekaan, proklamasi 1945, itu semua adalah peran-peran kaum muda," jelas Sabam, yang menjadi peserta Koferensi Mahasiswa Asia-Afrika di tahun 1956.

Quote