Ikuti Kami

Sst, Adian Pernah Jadi Kernet Bus Hingga “Debt Collector”

Bagi Adian, semua yang dilakoninya itu sekaligus membuka mata akan apa yang terjadi di Indonesia pada era orde baru.

Sst, Adian Pernah Jadi Kernet Bus Hingga “Debt Collector”
Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu.

Jakarta, Gesuri.id – Ternyata pencapaian karir politik politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu tidaklah mudah.

Selama mengenyam bangku kuliah, siapa sangka Adian muda pernah bekerja di pabrik, menjadi kondektur bis PPD 45 dan 46, mengamen, membuat bungkus pisang goreng, mencetak kaus sendiri untuk dijual, bahkan menjadi debt collector.

Baca: Adian Napitupulu Siap Kawal Jokowi dan Demokrasi

Bagi Adian, semua yang dilakoninya itu sekaligus membuka mata akan apa yang terjadi di Indonesia pada era orde baru.

"Di saat itu selain kuliah saya juga kerja di pabrik, sempat menjadi kondektur PPD 45 dan 46. Kemudian juga menjadi pengamen. Semua itu membuka mata saya, ada yang salah di republik ini, ada yang tidak benar," ujar Adian.

Anggota Komisi I DPR ini berbagi kisah saat melakoni kerja paruh waktu jasa penagihan utang, saat ditugaskan menagih seseorang yang ketika itu belum dikenalnya.

"Dulu itu ada cerita tidak mengenakkan. Waktu itu kami disuruh menagih, enggak tahu jumlahnya. Nah, yang ditagih itu bang Henri Yosodiningrat. Dulu belum kenal. Saya berdua dengan teman," ucapnya.

Adian dan temannya kemudian berbagi peran. Adian menunggu di depan pintu, sementara temannya yang seorang lagi masuk ke dalam berencana menagih langsung ke Hendri.

"Teman saya meminta saya tunggu di depan, dia kemudian masuk ke dalam. Nah, sekitar 3-4 menit dia sudah keluar tergopoh-gopoh sambil mengajak saya jalan. Saya tanya, ini sudah beres urusannya, dia bilang, sudah jalan saja," kata Adian.

Baca: Kisah Adian Membela Nasib Buruh Hingga Dipecat

Menurut aktivis 98 ini, jawaban itu semakin membuat penasaran. Apalagi temannya mempercepat laju jalannya

"Saya tanya lagi, terus bagaimana nih urusannya? Teman saya jawab, 'dia letakin pistol di meja'. Itu kalau enggak salah sekitar 1996-1997. Masih zaman Soeharto. Ya enggak cair-lah (yang ditagih)," katanya.

Quote