Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Daniel Rohi secara khusus menceritakan bagaimana dirinya bisa terjun ke dunia politik hingga memilin partai berlogo banteng moncong putih sebagai saran perjuangan.
Daniel yang saat ini menjabat Anggota DPRD Jawa Timur memiliki peran yang cukup krusial dalam kaderisasi di provinsi paling timur Pulau Jawa ini.
Beberapa waktu lalu tim Gesuri.id berkesempatan untuk mewawancarai secara khusus Daniel Rohi, berikut petikan wawancaranya,
Bisa diceritakan bagaimana bisa terjun ke dunia politik?
Saya hobi berorganisasi sejak mahasiswa saya aktif berorganisasi di kampus, saya ketua senat mahasiswa perguruan tinggi Universitas Kristen Petra yang pertama, saya juga aktivis di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ketika di GMKI saya bersentuhan dengan politik. Karena di GMKI saya ketemu senior-senior saya seperti bang Sabam Sirait, kalau para senior kunjungan ke Jawa Timur selalu mampir ke Sekretariat kita berdiskusi, mereka ajak makan traktir sambil ngobrol politik. Dari situ saya melihat bahwa politik ini salah satu sektor kehidupan yang sangat strategis kalau kita mau berkontribusi bagi masyarakat, dan disiti saya tertarik. Karena lewat politik lah kita bisa mengatur masyarakat, bisa mendistribusikan sumber daya yang ada dalam yang dimiliki oleh negara untuk kemaslahatan banyak orang hanya untuk berpolitik perjalanannya panjang dan susah ditebak ujungnya, jadi kebanyakan saya lihat perjalanan saya terhadap politik ini lebih kepada sesuatu yang tidak terlalu terencana. Karena memang dia berproses secara alamiah, setelah saya aktif berorganisasi saya lulus, saya terlibat dalam kegiatan-kegiatan partai, di partai ikut sebagai aktivis, sebagai kader, dan terakhir saya ditugaskan untuk menjadi anggota legislatif mulai dari empat kali ikut pemilu tahun 2019 saya terpilih mewakili daerah pemilihan Malang Raya dan saya merasa bahwa kehidupan saya itu sudah di politik itu pencapaiannya sudah maksimal, saya aktif di badan diklat, aktif di pemuda Taruna Merah Putih (TMP) sampai menjadi wakil ketua DPD, sampai menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur selain saya sebagai akademisi. Jadi saya masuk politik ini buat jalur profesional, karena saya dosen profesional, dosen profesional itu dosen yang tersertifikasi, jadi saya dosen senior di Universitas Kristen Petra mengajar di teknik elektro, mengajar pembangkit listrik dan transmisi tenaga listrik, spesial listrik saya di pembangkit listrik tenaga air secara umum di energi terbarukan, jadi saya mendalami relasi antara pengembangan energi dan lingkungan.
Lantas bagaimana bapak merasa klik dengan PDI Perjuangan?
Saya merasa klik dengan PDI Perjuangan karena latar belakang kehidupan saya sebagai aktivis GMKI dan rata-rata anak-anak GMKI itu punya masa lalu dengan Parkindo (partai kristen indonesia) sehingga kami merasa lebih nyaman dan memang linear dengan PDI Perjuangan. Visi misi politik kebangsaan dan kerakyatan itu lebih dominan ada di PDI Perjuangan, dan PDI Perjuangan ini memberi ruang kepada semua orang dari partai-partai lain kita ini bukan siapa-siapa, bukan anak pembesar partai, tapi mendapat kesempatan yang sama. Itulah saya melihat PDI Perjuangan itu prinsip meritokrasi itu masih dikedepankan sehingga orang-orang seperti saya ini bisa klik dan nyaman disitu.
Tokoh yang diidolakan?
Tokoh yang paling diidolakan kalau kita semua PDI Perjuangan ya Bung Karno ia sebagai tokoh yang saya sudah membaca banyak karya beliau yaitu penyambung lidah rakyat Indonesia saya baca, pikiran-pikiran Bung Karno yang sangat futuristik. Bung Karno itu ia kombinasi yang baik antara aktivis politik, pendiri partai dan juga seorang intelektual karena bacaan-bacaannya itu hebat dan Bung Karno itu Insinyur. Insinyur itu kan pemikiran logiknya bagus, tapi tidak sekedar logic yang bagus karena Bung Karno ini kan Insinyur arsitek dia perencana yang baik tapi dia juga memiliki minat yang banyak terhadap berbagai disiplin ilmu, jadi Bung Karno ini sebagai orang yang generalis sekaligus spesialis dia menguasai berbagai macam ilmu filsafat, agama, budaya, politik dan dia mampu meintegerasikan dengan baik sehingga membentuk. Pemimpin Indonesia dalam sejarah yang paling komplit itu Bung Karno lahir dari pergulatan, dibesarkan dalam satu pergulatan politik yang tidak mudah, punya pemikiran-pemikiran yang bisa disosialisasikan dan dimengerti oleh orang banyak. Jadi jujur ya politisi itu ada yang pintar ngomong, tapi tidak pintar nulis Bung Karno itu komplit pintar nulis, pandai mengkomunikasikan gagasannya secara verbal dan dengan retorika yang sangat menawan itu sesuatu yang membuat tokoh dan pemikiran kehidupan pribadinya menginspirasi, itu dari level Bung Karno ya.
Tapi yang berikutnya saya kagum dengan Johannes Leimena, Johannes Leimena ini orang dekat dengan Bung Karno, Menteri Kesehatan yang meletakkan dasar-dasar kesehatan modern Indonesia dengan Puskesmas, dan dia orang yang dekat dengan Bung Karno makanya sebagai orang yang sangat dekat dan Bung Karno sangat mendengar Om Johannes Leimena dan jujur ya saya ikut politik itu salah satu terinspirasi dari Pak Leimena, jadi Leimena itu mirip Bung Karno, jaman dulu itu orang-orang politik itu harus akademisi, Pak Leimena itu kan S3 Doctor ahli kesehatan masyarakat, dia bekerja sebagai profesi dokter sampai seumur hidupnya dia dokter. Tapi dokter yang tahu politik dan terjun dalam politik dan orang yang dalam pemerintahan Bung Karno dia paling banyak jadi Menteri, bahkan jadi wakil perdana menterinya 4 kali. Itu salah satu tokoh besar di Indonesia yang sangat dekat dengan Bung Karno dan sampai akhir hidupnya dia terus mendampingi Bung Karno.
Selama di PDI Perjuangan apakah mengalami masa suka dan duka?
Saya lebih banyak sukanya karena PDI Perjuangan itu tidak beda dengan GMKI artinya di GMKI saya belajar dulu berorganisasi dengan keberagaman ada suku Batak, Jawa, Manado, timur kita bisa membangun interaksi sosial yang baik sehingga membentuk social skill karakter yang bisa hidup dalam keberagaman, dan ketika saya masuk PDI Perjuangan tidak jauh beda, sama karena di PDI Perjuangan kita sudah tidak berbicara kamu agama apa, kamu suku apa, yang penting kamu orang Indonesia yang memahami fisik Indonesia dan mengabdi kepada kepentingan rakyat yaitu PDI Perjuangan. Jadi saya tidak terlalu banyak, karena PDI Perjuangan juga memberikan kesempatan yang sama untuk kita semua berkembang, dan ketika kita berkembang dilihat punya prestasi dalam tanda kutip ya kita diberikan keutamaan, dan saya diberikan kesempatan sebagai caleg pertama nomor-nomor bawah lama kelamaan nomor atas kan begitu artinya PDI Perjuangan menghargai apa yang kita lakukan. Jadi menurut saya sejauh ini saya tidak punya masalah dengan apa yang ada di PDI Perjuangan, kalaupun ada masalah itu kecil-kecil yang tidak terlalu primer itu bagian dari dinamika yang sewajarnya kita lewati, ada persaingan di antara pengurus itu saya kira wajar dan masih bisa kita bicarakan secara terbuka.
Bapak itu Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, bagaimana keadaan kaderisasi di Jatim?
Kalau di Jawa Timur kita sistem kaderisasinya kan berjenjang sesuai dengan wewenang, di Jawa Timur kan kaderisasi kita handle dua yaitu kader pratama dan kader madya, kalau kader utama itu wewenang dari DPP, tapi kadang saya juga memberikan tambahan kader pra-utama (pra dasar) sebelum pratama ada pra-pratama namanya pengembangan kapasitas kader beberapa sesi yang intinya kepada pengembangan ideologi dan juga keterampilan jadi kita pematangan ideologi habis itu pematangan organisasi dan juga skill analisis social itu yang menjadi bahan yang kita berikan pada jenjang, jadi kalau bicara PDI Perjuangan yang disebut kader itu adalah mereka yang sudah ikut pendidikan kader jadi anggota biasa itu belum kader. KTA itu masih anggota belum kader diingat kadang-kadang ini salah kaprah ya sudah punya KTA itu belum menjamin kader, kader adalah mereka yang sudah mengikuti proses pendidikan kader, jadi tahap berpolitik itu berorganisasi di PDI Perjuangan pertama kita jadi simpatisan, kedua kita jadi anggota, ketiga kita jadi aktivis, keempat kita jadi kader. kelima jadi petugas partai makanya kita punya kepala daerah yang mau dari luar partai masuk kita naturalisasi mereka harus ikut sekolah partai, sebelum jadi kader baru dijadikan petugas partai, petugas untuk melaksanakan dan menterjemahkan visi dan misi partai ke dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam pemerintahan yang dia masuki.
Kalau tantangan ke depan untuk kaderisasi itu seperti apa?
Saya melihat tantangan ke depan kaderisasi itu adalah kita mendistribusikan kader, selama ini kan kita sudah mencetak kader walaupun mencetak ini belum banyak, kalau boleh sebanyak mungkin kita buat tapi setelah kader itu ada kita harus mendistribusikan menempatkan mereka dalam posisi-posisi pemerintah ketika kita memerintah. Jadi sehingga orang bilang kader itu tidak melulu hanya menjadi anggota DPR, tidak hanya jadi Bupati tapi dia juga bisa menjadi mengisi posisi jabatan-jabatan publik seperti di KPU, Komisi penyiaran, komisi pendidikan, masuk dalam organisasi kepemudaan, masuk di organisasi profesi, masuk di organisasi olahraga, kita mesti mendistribusikan mengutus mereka, jadi ketika kita punya pemegang pemerintahan misalnya ya kita kalo boleh kader-kader kita yang menjadi ketua poni, menjadi ketua KNPI, menjadi ketua Karang Taruna sehingga ruang-ruang kader ini bermanuver tidak hanya di dalam dan itu akan memperkaya wawasan kepemimpinan mereka sehingga ketika mereka ditempatkan ditugaskan menjadi kepala daerah, politisi mereka sudah menjadi kader yang lengkap artinya kader yang punya kompetensi dan juga punya karakter yang baik, nah jadi saya kira tantangan kita ke depan nih. Saya lihat di partai kita masih kurang disiplin posisi-posisi politik yang kita miliki sebagai bupati, gubernur, menteri ini kesempatan untuk kita melibatkan bahkan di perusahaan daerah, BUMN, BUMD apa pun juga di semua lini di swasta di negeri semua kita pasang, dan itu dilakukan secara sistemi.
Ada pesan-pesan khusus ke kader partai yang telah ikut sekolah partai?
Setelah dia lulus sekolah partai, sekolah partai itu kan ibarat seorang prajurit ya dia dilengkapi dengan keterampilan-keterampilan dasar untuk bertempur, keterampilan ini harus diisi, ketika setelah dia lulus dia terus belajar continues improvement mengembangkan, jadi kalau kemarin dia dapat di pendidikan kader itu hanya terbatas waktu, setelah itu dia terus pelajari kembangkan terus materi-materi dalam lewat belajar-belajar mandiri, lewat baca buku, lewat seminar dan lewat berbagai macam informasi yang ada di media-media sosial dan lain-lain. Dan seorang kader tidak pernah berhenti belajar dan dia harus terus standby dan sewaktu-waktu siap untuk ditugaskan. Dan setiap kader harus coba membangun potensi pribadi, kamu ini kader di bidang apa, saya kader akademisi, akademisi di bidang energi terbarukan ya saya mesti ahli di sini, sehingga suatu waktu partai memerlukan ahli di bidang energi terbarukan ya saya yang ditugaskan, jadi jangan tugaskan sembarang orang. Righ man Right Place orang yang tepat berada di tempat yang tepat kita mesti bentuk, maka setiap kader itu harus punya portofolio, punya rekam jejak yang dicatat dengan baik. Kalau saya diberikan kesempatan untuk kembangkan sistem pengkaderan ini saya berharap kita masing-masing orang akan punya portofolio, saya senang karena saya di persatuan insinyur, saya insinyur personal utama. Jadi kader itu kompetensinya itu tidak hanya lewat pendidikan formal tapi semua bentuk pendidikan yang pernah dia ikuti itu bisa kita masukkan dalam record dalam portofolio, pengalaman lampau, dan suatu hari kita bisa mengakumulasi itu sehingga muncul walaupun dia belum ikut sekolah partai dia sudah layak disebut kader utama, dia sudah layak disebut kader madya. Karena kita bisa menyetarakan kegiatan ini dengan apa dan masing-masing orang harus membangun tali corcompetensinya apa karena partai ini kan melayani berbagai bidang dan kita harus ahli di semua bidang yang mau jurnalistik kita ahli disitu, yang mau di bidang medis ya kita juga kader disitu, ini kita mesti buka nati ke depan menurut saya coba kita pikirkan kembali sistem pendidikan kader kita yang bersifat sustainable yang artinya lanjutan dan ini harus dicatat terus, ada satu sistem itu bisa kita catat kamu bisa ini, kamu bisa itu membangun portofolio dirimu catat, catat, catat. Nanti ketika mau ikut caleg mau ikut kepala daerah tinggal print kurikulum kita semua muncul dari situ kita scoring oh ini orang hebat disini ya, ini dia cocok jadi bupati, dia cocok jadi menteri pertanian, dia cocok jadi menteri energi kita gak pilih-pilih orang lagi ya tapi kita sudah punya stok. Nah itu kalau mau bangun sistem pengkaderan samapi disitu.
Lantas sistem pengkaderan di PDI Perjuangan apakah sudah merata?
Belum rata, dan saya melihat kita sudah diberi kurikulum tapi kurikulum ini perlu kita upadate terus sesuai dengan perkembangan yang kita mau , dari kurikulum kita bisa kembangkan metode pembelajaran, dari metode pembelajaran baru kita bisa menghasilkan kompetensi karakter kader dengan kompetensi apa disitu kita mulai ciptakan modul-modul dan juga kalau nanti ke depan menurut saya tidak perlu saja tatap muka, pembelajaran online juga biusa kita berlakukan, bahkan pelatihan kader mandiri pun kita sediakan ruang, jadi intinya seperti ujian universitas terbuka dia bisa belajar mandiri nanti kita uji kompetensi dia jadi kader, jadi kita bisa menempuh banyak cara orang di pelosok Indonesia sana mungkin di NTT dia tidak perlu datang mengikuti pendidikan kader di Jakarta, cukup di sana saja kita kirim modul kamu belajar, setelah selesai beberapa jam uji kompetensi lulus kita kasih sertifikat jadi kader yang sama levelnya. Jadi inovasi-inovasi dalam pendidikan kader ini harus kita lakukan dengan memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi informasi, saya kira cara-cara membangun pembelajaran juga sudah harus berubah tidak metode klasikal seperti. Musim metode belajar mandiri, penugasan terstruktur kita kasih bisa belajar dan kita harus belajar.