Ikuti Kami

Eksistensi Agama Ditantang Kemajuan Sains dan Teknologi

Ketua Umum Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko menegaskan, pandangan yang diidap sebagian penganut agama itu adalah kekeliruan besar.

Eksistensi Agama Ditantang Kemajuan Sains dan Teknologi
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.

Jakarta, Gesuri.id - Begitu banyak konflik atau bahkan perang yang dikobarkan atas nama agama. Tak terhitung pula kekerasan dan pembunuhan yang membawa nama agama.

Tak aneh sejatinya, bila begitu banyak perang dan kekerasan antar agama. Sebab banyak penganut agama yang merasa terancam oleh penganut agama lainnya. 

Ya, pemikiran intoleran yang merebak di banyak negeri dan di berbagai agama, telah membuat banyak penganut agama merasa terancam oleh kehadiran pemeluk agama lainnya. Bagi mereka, penganut agama lain adalah ancaman sekaligus tantangan bagi mereka. 

Ketua Umum Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko menegaskan, pandangan yang diidap sebagian penganut agama itu adalah kekeliruan besar. Bagi Budiman, penganut agama lain bukanlah ancaman. 

Justru yang menjadi tantangan bagi eksistensi agama saat ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Sebab, di era Revolusi Industri 4.0, buah dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali melampaui akal normal manusia. 

Bagaimana penjelasan Budiman secara  komprehensif mengenai kaitan antara eksistensi agama dengan kemajuan sains dan teknologi ?

Berikut cuplikan wawancara Gesuri dengan politisi PDI Perjuangan tersebut.

Demikian banyak konflik bernuansa agama yang didasari oleh rasa keterancaman terhadap penganut agama lain. Bagaimana pandangan anda terhadap hal itu? 

Sejatinya, ada hal lain yang lebih menjadi tantangan bagi eksistensi agama saat ini. Bila kita mencermati sejarah agama-agama di dunia, itu hampir semuanya lahir dari masyarakat pertanian menetap. 

Agama-agama semit seperti Islam, Kristen dan Yahudi lahir di sebelah barat Sungai Efrat. Kemudian agama-agama yang lahir di sebelah timur 

Sungai Efrat, seperti Hindu, Buddha, dan Zoroaster juga lahir dari masyarakat pertanian menetap.

Demikian juga agama-agama yang lahir dari bangsa Han seperti Konghucu dan Taoisme, juga lahir dari masyarakat pertanian menetap. 

Artinya, banyak agama yang identik dengan masyarakat pertanian menetap. Sehingga ajaran-ajarannya, termasuk pandangannya tentang surga, serta tentang mukjizat juga 'bercita-rasa' masyarakat pertanian menetap. 

Persoalannya, kini peradaban manusia sudah berevolusi menjadi peradaban industri, apalagi kini sudah masuk revolusi industri ke-4. Sehingga, mukjizat-mukizat dalam berbagai agama yang khas masyarakat agraris, bukan lagi dianggap sebagai keajaiban di masyarakat industri kini. 

Contohnya mukjizat seperti apa?

Ini saya ambil satu contoh saja dari Injil (kitab suci Kristen). Mukjizat Yesus membagikan roti ke 5.000 orang, itu sudah menjadi hal biasa di era industri saat ini, dengan teknologi printing yang tersedia. 

Nah, inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi eksistensi agama-agama di masa kini. Bagaimana mereka menjawab berbagai tantangan yang muncul dari kemajuan pesat sains dan teknologi itu.

Jadi, bisa dikatakan, kemajuan sains dan teknologi adalah ancaman bagi eksistensi agama masa kini?

Lebih tepatnya bukan ancaman, tapi tantangan.  Maksud saya, agama harus memberi jawaban pada berbagai kemajuan teknologi kekinian. 

Apabila agama tidak menjawab tantangan yang muncul dari kemajuan sains dan teknologi itu, disitulah eksistensi agama menemui "batu sandungan". Sebab bagaimanapun, untuk bisa bertahan, agama harus menyertai perkembangan peradaban manusia.  

Jadi, gagap menghadapi perkembangan sains dan teknologi, eksistensi agama bisa terganggu?

Ya, sebab perkembangan sains dan teknologi saat ini memang sudah melampaui akal normal manusia. Bayangkan, kini Jepang sudah mengizinkan eksperimen para ilmuwan untuk menciptakan embrio mutan 'tikus-manusia'.

Kini, dengan teknik fertilitas dari tiga orang, seorang bayi bisa memiliki tiga orangtua biologis. Hal-hal itu adalah terobosan-terobosan dahsyat di era industri yang harus dijawab oleh agama.

Maka, bila kita masih menganggap ancaman bagi eksistensi agama saat ini adalah penganut agama lain, kita salah identifikasi. Bila ada penganut Islam di Indonesia yang merasa terancam oleh tempat ibadah agama lain, atau penganut Hindu di India dan penganut Buddha di Myanmar yang merasa terancam oleh penganut agama lain, mereka telah keliru mengidentifikasi ancaman. 

Ancaman bagi agama saat ini adalah apabila agama tak mampu menjawab tantangan sains dan teknologi,

Bisakah agama bersanding dengan sains dan teknologi?

Sangat bisa. Contoh, sebuah kuil Buddha di China menggunakan robot biksu untuk  menjawab berbagai pertanyaan  tentang Buddhisme. Robot biksu itu digunakan untuk menyebarkan kebijaksanaan Buddhisme di Cina. 

Mau tidak mau, agama harus beradaptasi dengan sains dan teknologi. 

Bahkan Arab Saudi, negara bermazhab Wahabi yang ketat itu, sudah memberikan kewarganegaraan pada robot bernama "Sophia". Jadi, semua pada akhirnya akan bersenyawa dengan teknologi.

Quote