Ikuti Kami

Hadapi Kemarau, Megawati Instruksikan Seluruh Kader Tanam Komoditas Pangan Utama Tak Hanya Padi

Tanaman yang harus ditanam bukan hanya padi saja, tetapi disesuaikan kondisi daerahnya dan ketersediaan lahan di daerahnya masing-masing.

Hadapi Kemarau, Megawati Instruksikan Seluruh Kader Tanam Komoditas Pangan Utama Tak Hanya Padi
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. (istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menginstruksikan kepada seluruh jajaran anggota DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota fraksi PDI Perjuangan seluruh Indonesia, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi atau kabupaten atau kota kader PDI Perjuangan di seluruh Indonesia, bahwa kondisi kemarau panjang harus diantisipasi dengan ketahanan pangan komoditas utama. 

Baca: Elektoral Ganjar 'Rebound': Rekam Jejak, Karakter, Daya Juang dan Visi Pemimpin Jadi Kunci

Untuk itu, lanjutnya, Bu Mega menginstruksikan tanaman yang harus ditanam bukan hanya padi saja, tetapi disesuaikan dengan kondisi daerahnya dan ketersediaan lahan di daerahnya masing-masing. 

Contohnya beberapa tanaman diantaranya, pertama, sukun yang merupakan bahan pokok alternatif di daerah Sangir Taulud dimana sukun dimanfaatkan sebagai pengganti beras.

Kedua, jagung dimana di Indonesia jagung diberdayakan untuk memenuhi berbagai keperluan baik pangan maupun non pangan. 

"Di Indonesia beberapa sentra penghasil utama tanaman jagung adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, dan lain sebagainya," ungkap Hasto.

Ketiga, sagu yang merupakan salah satu sumber pangan populer bagi sebagian masyarakat di Indonesia Timur dan sebagian daerah Pulau Sumatera.

Keempat, ubi jalar yang merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. 

"Ubi jalar dikonsumsi sebagai makanan tambahan atau sampingan, hampir di seluruh Indonesia," ujarnya.

Sekjen Hasto mencatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa Indonesia sedang menghadapi dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya. 

Diketahui, El Nino memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat, BMKG memprediksi puncak dampak El Nino akan terjadi pada Agustus sampai dengan September 2023.

Hasto menjelaskan sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. 

Baca: Elektabilitas Menanjak, TB Hasanuddin Yakin Ganjar Juarai Jabar dan Banten

"Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen, meningkatnya perkembangbiakan hama, kebakaran hutan, degradasi lahan, masalah irigasi, dan peternakan," ujarnya.

Hasto menambahkan dampak spesifik El Nino terhadap pertanian dapat bervariasi tergantung pada wilayah dan intensitas peristiwa El Nino. Kondisi iklim lokal, praktek pertanian, dan kapasitas adaptasi petani juga memainkan peran penting dalam menentukan dampak keseluruhan terhadap pertanian.

Quote