Jakarta, Gesuri.id - DPP PDI Perjuangan bidang perempuan dan anak mengimbau para kader partai dan semua pihak untuk turun bergotong royong melakukan aksi nyata untuk pemenuhan kebutuhan spesifik perempuan dan anak sehingga terlindungi dan terpenuhi kebutuhan secara fisik dan mental.
Imbauan ini disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Perempuan dan Anak, Bintang Puspayoga di Jakarta, Sabtu (29/11).
Dalam situasi bencana seperti yang terjadi di beberapa daerah saat ini, perempuan dan anak adalah kelompok rentan.
Baca: Ganjar Ajak Kader Banteng NTB Selalu Introspeksi Diri

Imbauan ini adalah mengejawantahan dari Intruksi Ketua Umum Ibu Megawati Sukarnoputri no 330/IN/DPP//2025 yang salah satu poinnya memerintahkan Kepada seluruh jajaran struktur Partai, DPP, DPD, DPC, PAC, Ranting, dan Anak Ranting Partai untuk menggerakkan kekuatan gotong royong rakyat melalui aksi nyata, yaitu turun ke bawah (turba), membantu masyarakat miskin, penyandang disabilitas, anak yatim, serta korban bencana dengan semangat menangis dan tertawa bersama rakyat.
"Instruksi ini menegaskan bahwa perempuan dan anak harus menjadi fokus utama dalam seluruh upaya penanganan bencana, baik pada fase tanggap darurat maupun pemulihan. Berbagai laporan lapangan menunjukkan bahwa perempuan dan anak kerap menghadapi risiko lebih tinggi, mulai dari keterbatasan akses bantuan, ancaman kekerasan berbasis gender, hingga kebutuhan spesifik yang tidak selalu terakomodasi dalam sistem distribusi bantuan umum." Tutur Bintang.
Lebih lanjut Bintang menjelaskan bagi kader, relawan, pendamping dan masyarakat yang turun dilokasi bencana dan bergotong royong, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah Memastikan perlindungan penuh bagi perempuan dan anak, termasuk identifikasi kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak perempuan, lansia perempuan, dan penyandang disabilitas.
Mengawasi distribusi bantuan agar adil dan aman, terutama bantuan yang bersifat spesifik seperti pembalut, pakaian dalam, hygiene kit, popok bayi, susu bayi, kebutuhan ibu hamil/menyusui, serta ruang laktasi. Membuat dan menjaga ruang aman di lokasi pengungsian untuk mencegah kekerasan, pelecehan, atau eksploitasi terhadap perempuan dan anak.
Selain itu mencatat dan melaporkan setiap kejadian berisiko, termasuk kekerasan berbasis gender, hilangnya anak, atau kondisi darurat lainnya. Berkoordinasi dengan lembaga layanan, seperti, dinas sosial, UPTD PPA, lembaga kemanusiaan, serta tenaga kesehatan untuk memastikan penanganan cepat dan tepat.

Baca: Gerakan Menanam Pohon Harus Jadi Kesadaran Kolektif Bangsa
"Kita ingin memastikan bahwa dalam situasi darurat, tidak ada satu pun perempuan dan anak yang terabaikan. Gotong royong adalah kekuatan kita, dan perlindungan kelompok rentan menjadi tanggung jawab bersama, Instruksi ini diharapkan memperkuat kesiapsiagaan, respons cepat, serta solidaritas antarwarga di tengah situasi bencana, sekaligus memastikan proses pemulihan berjalan lebih inklusif, adil, dan berkeadilan gender.
Mari kita pastikan bayi dan anak tetap mendapatkan ASI dan Nutrisi (makanan dan vitamin) yang cukup, Kita prioritaskan bantuan spesifik pada perempuan seperti pembalut, pakaian dalam dan perlengkapan mandi, demikian juga pada bayi seperti popok, susu, pakaian dan obat-obatan." Kata Bintang.
Kesiapsiagaan pra dan pasca bencana menjadi penting, untuk menghindari berbagai macam musibah yang menyertai misalnya pasca banjir anak akan rentan terkena diare, campak, penyakit kulit dan ISPA serta dukungan psikologis untuk trauma healing.
"Semoga bencana ini segera berlalu, ibu dan anak serta kita semua kembali dapat tersenyum bahagia." Pungkas Bintang.

















































































