Ikuti Kami

Ribuan Warga Ikrar “Jogo Suroboyo”: Suara Persatuan dari Kota Pahlawan

Suara lantang itu membahana, menggetarkan suasana di monumen yang menjadi saksi sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajahan

Ribuan Warga Ikrar “Jogo Suroboyo”: Suara Persatuan dari Kota Pahlawan
Foto: Tribunnews

Surabaya, Gesuri.id – Langit pagi di Tugu Pahlawan terasa berbeda, Kamis (4/9/2025). Ribuan orang dengan berbagai atribut, dari pemuda Karang Taruna hingga komunitas ojol, dari Pramuka hingga tokoh ormas keagamaan, berbaur menjadi satu. Sekitar 9.299 warga Kota Surabaya berkumpul, bukan sekadar hadir, melainkan mengucapkan ikrar: “Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia.”

Suara lantang itu membahana, menggetarkan suasana di monumen yang menjadi saksi sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajahan. Ikrar tersebut lahir sebagai respon atas kerusuhan yang sempat mengganggu keamanan dan perekonomian Kota Pahlawan.

“Surabaya adalah kota pahlawan. Kota yang dipertahankan oleh pejuang dari penjajah. Maka, darahnya anak-anak Surabaya adalah darah pejuang,” tegas Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, di hadapan massa yang berjubel.

Bagi Eri, Surabaya bukan milik segelintir orang. Kota ini adalah rumah bersama, warisan untuk anak cucu. “Surabaya ini dipertahankan oleh darah-darah pejuang. Maka hari ini kita siapkan Surabaya ini untuk anak cucu kita, untuk adik-adik kita,” ujarnya penuh semangat.

Di tengah pidatonya, Eri memberi apresiasi tulus kepada warga Wonokromo dan Bubutan. Mereka secara swadaya menjaga kampungnya saat kerusuhan melanda. “Saya matur nuwun untuk warga Wonokromo yang kemarin ketika terjadi anarkistis, mereka mempertahankan Wonokromo dengan perjuangan yang luar biasa. Warga Bubutan semua keluar memberikan hantaman untuk memberikan ketenangan kepada warga Kota Surabaya,” katanya.

Momen kerusuhan, lanjut Eri, menjadi peringatan penting. Bahwa ego, rasa paling benar, atau merasa lebih hebat dari yang lain, hanya akan melahirkan keretakan. “Hari ini kita diingatkan Tuhan bahwa rasa-rasa itu harus dihilangkan. Tapi dimulai dari kerendahan hati kita,” tuturnya.

Tak hanya soal keamanan, Eri juga menegaskan pentingnya kembali menata kehidupan kota. Ia mengajak warga kembali beraktivitas normal agar ekonomi berjalan. “Ini waktunya kita bangkit, kita jaga kota tercinta kita ini,” tegasnya.

Ikrar warga Surabaya sendiri berisi lima poin sederhana tapi bermakna dalam: menjaga keamanan dan kerukunan, memperkuat jati diri kota, menyampaikan aspirasi tanpa provokasi, menolak kekerasan, serta bersatu dalam harmoni.

Hendro, salah satu pemuda yang hadir, mengatakan bahwa ikrar itu bukan sekadar kata-kata, melainkan tekad bersama. “Kami ingin Surabaya tetap aman. Anak-anak kami harus merasakan Surabaya yang damai, bukan kota yang penuh keributan,” ujarnya singkat namun menyentuh.

Di Tugu Pahlawan pagi itu, Surabaya kembali mengingatkan dirinya sendiri: darah pejuang yang mengalir bukan hanya soal perang melawan penjajah, tetapi juga menjaga kota tetap rukun, guyub, dan penuh kasih sayang.

Quote