Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Dapil Jawa Timur XI Madura, Ansari mengungkapkan framing negatif terhadap sosio-kultur dunia pesantren yang ditayangkan salah satu media televisi nasional dinilai sangat melukai sekaligus mencederai nilai-nilai berbangsa dan bernegara.
Ansari yang menyoroti tayangan berisi narasi negatif dan cenderung menyesatkan. Tayangan itu bahkan menampilkan pernyataan yang menyebut tradisi santri atau wali santri memberi amplop sebagai modus kiai memperkaya diri, dengan intonasi penyiar yang terkesan meremehkan.
Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
Menurut Ansari, narasi seperti itu menandakan ketidaktahuan terhadap realitas pesantren, khususnya mengenai sosok kiai yang menjadi sentral kepemimpinan di pesantren. Ia menegaskan, pesantren justru tumbuh karena mekanisme gotong royong dan pengorbanan para kiai yang telah menjadi tulang punggung pendidikan keagamaan di Indonesia.
“Dalam sejarahnya, peran pesantren sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dari banyaknya ulama yang dinobatkan menjadi pahlawan kemerdekaan di Indonesia, bahkan pemimpin-pemimpin besar di Indonesia juga banyak yang lahir dari pesantren,” kata Ansari, Rabu (15/10).
Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu menegaskan, hasil dari penanaman nilai di pesantren adalah ilmu dan akhlak yang bermanfaat luas bagi masyarakat hingga negara. Ia menilai, narasi bahwa kiai memperkaya diri dengan amplop adalah tuduhan absurd yang tidak berdasar.
“Seperti kita tahu bahwa jumlah pesantren di Indonesia itu tercatat sekitar 42 ribu lebih. Jutaan anak-anak Indonesia menimba ilmu dan akhlak di pesantren. Pesantren merupakan pusat ilmu dan tentunya pusat peradaban bangsa Indonesia. Sehingga narasi terhadap sosok kiai memperkaya diri dengan amplop sebagai narasi absurd,” tegasnya.
Lebih jauh, Ansari menekankan bahwa pesantren dengan sosio-kultur khasnya tidak bisa semata diidentikkan dengan lembaga keagamaan, melainkan juga berfungsi sebagai lembaga sosial yang responsif terhadap berbagai persoalan masyarakat, baik dalam skala lokal, nasional, maupun global.
Baca: Kisah Unik Ganjar Pranowo di Masa Kecilnya untuk Membantu Ibu
“Sebagai seorang santri yang saat ini menjadi wakil rakyat dari Madura, tentu sangat sedih dan sangat menyayangkan narasi maupun framing negatif tentang budaya pesantren. Oleh karena itu, peristiwa ini harus menjadi pelajaran bersama agar peristiwa serupa tidak terjadi di masa mendatang,” ujarnya.
Ansari yang juga alumni Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan, Sumenep, mengaku tetap mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada pesantren. “Sebab kami sangat meyakini, jika akhlak dan ilmu sebagai bagian penting yang kita butuhkan untuk anak-anak kita, tentunya sebagai generasi penerus di masa depan, tentunya dengan ilmu dan akhlak,” pungkasnya.