Ikuti Kami

Anton: Pembersihan Jaringan Rizieq Lebih Penting dari Baliho

"Pembersihan orang-orang dan jaringannya Rizieq atau kaum Radikalis sampai ke akar-akarnya". 

Anton: Pembersihan Jaringan Rizieq Lebih Penting dari Baliho
Mantan Wakalemdiklat Polri Irjen. Pol. (Purn.) Anton Charliyan. (Foto: Istimewa)

Tasikmalaya, Gesuri.id - Mantan Wakalemdiklat Polri Irjen. Pol. (Purn.) Anton Charliyan sangat mengapresiasi pembersihan baliho dedengkot Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI), sebagaimana diperintahkan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman. 

Baca: Anton: Ceramah Rizieq Bukan Dakwah, Tapi Serangan Politik!

Namun, Anton mengingatkan ada hal yang lebih penting dari pembersihan baliho Rizieq, yakni pembersihan orang-orang dan jaringannya Rizieq atau kaum Radikalis sampai ke akar-akarnya. 

"Dua jempol untuk pembersihan baliho (Rizieq) oleh TNI dan Pangdam Jaya. Tapi yang terpenting, bersihkan tokoh dan jaringannya sampai ke akar-akarnya!," tegas Anton, baru-baru ini.

Mantan Kapolda Jawa Barat itu melanjutkan, dirinya bersama dengan komunitas Ormas , LSM , Paguyuban Budaya, Akademisi, Forum Silaturahmi Santri  yang cinta NKRI yang berjumlah lebih dari 80 elemen di Jawa Barat dan seluruh Nusantara, menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pembersihan baliho Rizieq Shihab yang tergelar disetiap wilayah.

Yang pada kenyataannya, lanjut Anton, baliho-baliho itu lebih mengarah pada kultus individu yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. 

Makanya, Anton mengungkapkan wujud kecintaan kepada Rasulullah SAW pun tidak boleh diwujudkan dengan menunjukkan foto dan gambar Baginda Rasulullah. 

"Karena memang juga di zaman sekarang ini yang banyak memajang foto dan gambar itu , hanyalah para aktor-aktor politik yang ingin lebih dikenal oleh masyarakat, agar nanti nya terpilih menjadi pimpinan mulai dari Lurah sampai dengan Presiden atau sebagai anggota Parlemen," ujar Anton. 

Mantan Kadiv Humas Polri itu pun mempertanyakan, apakah pemasangan foto-foto Rizieq Shihab saat ini juga sebagai persiapan awal ke arah itu? Sebab, lanjut Anton, kalau Syiar Islam itu, ajarannyalah yang disosialisaikan,  bukan malah orangnya.

Baca: Ganjar Tegaskan Siap Melawan Siapapun Pengganggu NKRI!

"Ada apa ini sesungguhnya ? Hal ini mengindikasikan bahwa ini adalah gerakan politik, bukan gerakan agama. Atau lebih kongkritnya lagi, gerakan politik yang menjual agama, seperti gerakan-gerakan yang sudah terjadi di Timur Tengah yang dilakukan Hizbut Tahrir, ISIS, Ikhwanul Muslimin, Al Qaeda, Jemaah Islamiyah, dan lain-lain yang sudah nyata-nyata tercatat dalam sejarah kemanusiaan telah menghancurkan Negara-negara di Timur Tengah," ujar Anton. 

Anton menyatakan, dalam propaganda kaum agamis, mereka selalu mengatakan konsep Syariah atau Khilafah merupakan  solusi utk mensejahterakan manusia dan negara. Tapi pada kenyataannya semua Negara yang terbius oleh konsep tersebut  akhirnya hancur luluh lantak, dan meninggalkan  penderitaan yang sangat panjang.  Hal itu dialami oleh Suriah, Afganistan, Libya dan Irak. 

"Kita belajar sejarah, tapi kadang tidak mau belajar dari sejarah. Padahal Al Quran dan kitab-kitab Samawi lainnya isinya 70% sejarah. Artinya belajarlah dari sejarah agar manusia bisa bercermin, tidak mengulangi lagi peristiwa-peristiwa kelam yang telah dialami oleh para pendahulu sebelumnya," ujar Anton.

Lalu, lanjut Anton, jika demikian maukah kita sebagai bangsa Indonesia ikut menderita seperti mereka yang di Suriah atau Afganistan  yang sebelumnya juga diiming-imingi dengan "jualan" agama, negara Syariah dan Khilafah sebagai solusi kesejahteraan dunia maupun akhirat? Anton meyakini, bangsa Indonesia tidak akan mau seperti itu. 

"Cukup Suriah dan Afganistan saja. Jangan lagi kita tergelincir pada hal yang sama. Jangan mau kita dibodoh-bodohi dengan kedok agamis, padahal sesungguhnya adalah syahwat politik yang berkeinginan untuk berkuasa dan merebut Negara semata dengan  menghalalkan segala cara," ujar Anton.

Maka, lanjut Anton, agar Indonesia terhindar dari hal itu, kita semua harus ikut mengingatkan bahwa pembersihan dengan  menurunkan baliho Rizieq saja tidak cukup.

Cara yang paling tepat, ungkap Anton, adalah negara harus  mampu bersikap sanga tegas, yakni membersihkan orang-orang dan jaringannya sampai ke akar-akarnya. 

Anton menjelaskan, hal itu bisa dilakukan melalui satu sistem Operasi Khusus dengan membentuk Satgasus tersendiri yang anggotanya berasal dari gabungan TNI, Polri, Pemerintah, Akademisi dan kalangan Agamis yang Nasionalis.

Baca: Upaya Tracing Massa HRS Dihalangi, Anies Harus Tegas!

Anton mengingatkan, tanpa adanya pembersihan jaringan dan orang-orangnya,  apa yang sudah  dilakukan dengan sangat baik ini tidak akan membuahkan hasil sukses. Karena belum bisa dijamin tindakan radikalis tersebut tidak terulang kembali, sehingga Negara bisa dianggap tidak serius dan setengah hati dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan erat dengan radikalisme dan intoleransi.

"Bahkan terkesan Negara takut. Tapi apakah kenyataannya demikian? Saya yakin 100%,  Negara selau hadir dan tidak pernah takut dengan siapapun. Namun untuk pembuktiannya kita lihat aksinya di lapangan. Semua rakyat yang cinta NKRI, saat ini sedang menunggu dengan harap-harap cemas tindakan tegas negara terhadap mereka semua," pungkas Anton.

Quote