Ikuti Kami

Charles Honoris Sindir Rencana BGN Belajar MBG ke India yang pernah ada Kasus Kadal Mati di Makanannya

Bahkan pernah ditemukan kadal mati di dalam makanan sekolah. Apakah itu yang mau kita jadikan contoh?

Charles Honoris Sindir Rencana BGN Belajar MBG ke India yang pernah ada Kasus Kadal Mati di Makanannya
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Jaminan Sosial yang juga Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris - Foto: Instagram pribadi

Jakarta, Gesuri.id – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Charles Honoris menyoroti rencana pemerintah yang akan menjadikan India sebagai role model program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menilai keputusan tersebut perlu dikaji ulang karena justru berisiko jika meniru negara yang memiliki rekam jejak buruk dalam penyelenggaraan program makan di sekolah.

“Role model? Yang benar aja! Tapi kalau faktanya banyak masalah, justru berbahaya. Gizi anak Indonesia bukan bahan eksperimen,” tegas Charles dalam postingan video monolognya di akun Instagramnya, Selasa (5/11/2025).

Charles mengutip Global Hunger Index (GHI) 2025, di mana India berada di peringkat ke-102 dari 123 negara, jauh di bawah Indonesia yang menempati posisi ke-70.

“Secara ketahanan pangan dan gizi saja, Indonesia lebih baik. Jadi kenapa kita harus belajar dari India?” ujarnya.

Politisi muda PDI Perjuangan itu menyoroti sejumlah insiden serius di India. Dalam program makan siang gratis negara tersebut, 23 anak tewas akibat keracunan, dan hampir 1.000 siswa mengalami keracunan hanya dalam sembilan bulan pada 2022.

“Bahkan ada yang pernah menemukan kadal mati di dalam makanannya. Mungkin itu protein tambahan versi India. Pertanyaannya sederhana, kenapa kita malah belajar dari negara yang penuh dengan masalah, kenapa kita gak belajar dari negara yang sudah terbukti berhasil," sindir Charles.

Ia menyarankan agar pemerintah meniru negara yang sudah teruji puluhan tahun dalam penyelenggaraan makan bergizi di sekolah, seperti Jepang dan Finlandia.

“Dua negara itu sudah puluhan tahun membangun sistem dapur sekolah (school kitchen) yang higienis, terstandar, dan berkelanjutan. Kalau belajar dari Jepang atau Finlandia, kita belajar kualitas dan sistem. Kalau belajar dari India, kita  belajar apa? Belajar cara bikin kesalahan atau bikin anak-anak kita keracunan,” tegasnya.

Charles juga mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi persoalan keamanan pangan, dengan sekitar 18.000 kasus keracunan anak di sekolah sepanjang tahun ini.

"Mungkin kalau programnya amburadul, kita gak kaget, karena tinggal bilang: namanya juga baru belajar dari India," cetus Charles Honoris satir. 

Ia menekankan agar BGN tidak boleh main-main. Kalau salah tiru, yang jadi korban bisa generasi kita sendiri. Kebijakan publik itu bukan bahan eksperimen, apalagi ini soal makanan anak-anak kita. "Mereka berhak mendapatkan yang terbaik,” pungkasnya.

Quote