Ikuti Kami

Dampak Corona, Eriko Ingatkan Gubernur BI Cadangan Devisa

Puncak penyebaran pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) masih akan terjadi pada Mei hingga Juni 2020 mendatang. 

Dampak Corona, Eriko Ingatkan Gubernur BI Cadangan Devisa
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Eriko Sotarduga.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Eriko Sotarduga mengatakan, berdasarkan sejumlah data puncak penyebaran pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) masih akan terjadi pada Mei hingga Juni 2020 mendatang. 

Dampaknya secara ekonomi, diperkirakan hingga September kegiatan ekonomi baru dapat bergerak kembali dan baru akan mulai normal pada tahun depan, jika memakai best case scenario.

Baca: Atasi Persoalan Ekonomi Corona, Hendi Bagikan Ribuan Sembako

“Kalau kita hitung sekarang, kekuatan masyarakat sudah mulai melemah, tetapi memang belum mencapai peak-nya, yang akan dimulai pada Bulan Mei. Kalau kita lihat 3 bulan ke depan ini akan menjadi masalah, ditambah perlu 3 bulan untuk recovery dari Covid-19, tentu bisnis juga. Sehingga baru tahun depan ekonomi berjalan normal,” kata Eriko.


 
Berdasarkan perkiraan tersebut, politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menilai bahwa cadangan devisa nasional yang pada akhir Maret tersisa sebesar 121 miliar dollar AS, yang sempat turun 9,4 miliar dollar AS dari bulan sebelumnya, dapat mencukupi untuk 7 hingga 9 bulan ke depan. 

Tetapi, ia mempertanyakan kemungkinan Bank Indonesia menggunakan setengah dari cadangan devisa untuk membantu perekonomian saat ini.

Menurut Eriko, kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi adalah 3 hingga 4 bulan impor, yang ditaksir senilai setengah dari cadangan devisa saat ini yang sebesar 121 miliar dollar AS. 

Ia menghitung, setidaknya ada 60 miliar dollar AS yang bisa digunakan BI untuk mengintervensi dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan negara dalam situasi force majure ini.

“Nah, 60 milar dollar AS itu kalau dengan kurs sekarang, kurang lebih Rp 1.000 triliun. Sementara pajak yang kita perkirakan akan mendapatkan Rp 1.700 triliun sampai Rp 1.800 triliun, kalau bisa dapat 60 persen saja itu sudah bagus sekali, sudah mendapatkan Rp 1.100 triliun. Sedangkan penerimaan bukan pajak kalau bisa didapatkan 60 persen saja dalam situasi sekarang angkanya Rp 400 triliun. Jadi total, baru Rp 1.500 triliun," jelasnya.

Sementara itu, kebutuhan nasional dalam menghadapi wabah virus Covid-19 hingga akhir tahun mencapai kisaran Rp 2.500 triliun hingga Rp 2.600 triliun. 

"Berarti ada defisit, ada kekurangan sekitar Rp 1.100 triliun, ini lantas bagaimana. Apakah dengan cadangan devisa 121 miliar dollar AS yang hanya bisa dipergunakan setengahnya, apakah ini memungkinkan," tanya legislator dapil DKI Jakarta II itu.

Baca: Tolak Krisis Ekonomi! Ini Resep Aria Bima Lawan Efek Corona

Eriko mengusulkan agar hal ini dihitung dengan cermat dan perlu dilakukan stress test karena membutuhkan waktu yang cukup untuk kegiatan ekonomi kembali pulih. 

Menurutnya, harus ada level of confidence dari Pemerintah. Jika tidak memungkinkan, ia mempertanyakan seperti apa bentuk jalan keluar yang bisa dilakukan oleh  Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk menenangkan pasar.

“Ini bisa sampai akhir tahun. Kalau tidak segera dilakukan hal yang mendasar akan bisa mundur lagi puncaknya, bisa sampai tahun depan ekonomi baru mulai bergerak kembali. Dengan Perppu yang baru, peran Kemenkeu, BI, dan OJK menjadi sentral dan saat ini menjadi yang bisa diharapkan karena perekonomian sangat bergantung pada institusi-institusi terpenting saat ini," tegasnya.

Quote