Ikuti Kami

Di Stiper FB, Ansy Serukan Peningkatan SDM Pertanian

Kuliah unum yang mengusung tema "SDM Pertanian NTT Unggul Menuju Kedaulatan Pangan",

Di Stiper FB, Ansy Serukan Peningkatan SDM Pertanian
Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema).

Ngada, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) memberi kuliah umum terbatas di Kampus Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (Stiper-FB). 

Kuliah unum yang mengusung tema "SDM Pertanian NTT Unggul Menuju Kedaulatan Pangan" tersebut dilaksanakan di Aula Stiper FB, Jumat (4/6).

Hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya Ketua Stiper Flores Bajawa Dr. Nicolaus Noywuli, Ketua Yayasan RD. Silverius Betu, S.Fil., M. Han, dan para dosen serta mahasiswa.

Ansy Lema dalam materinya mengatakan bahwa sejak menjadi anggota DPR RI dan dipercayakan duduk di Komisi IV, dirinya sudah mengganti akronim NTT sebagai Nanti Tuhan Tolong menjadi Nelayan Tani dan Ternak. Bukan tanpa dasar ia menggantikan akronim tersebut, tapi karena masa depan NTT berada pada tiga sektor tersebut.

Baca: Ansy Dorong Mahasiswa Ruteng Geluti Ekonomi Kreatif

Menurutnya, NTT adalah sebuah provinsi kepulauan. Dan diantara pulau- pulau tersebut terdapat perairan laut yang luasnya lebih besar dari luas daratan. Artinya apabila perovinsi Nusa Tenggara Timur bisa mengoptimalkan pembangunan pada sektor perikanan dan kelautan, maka bukan tidak mungkin sektor ini akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya mampu menurunkan angka kemiskinan.

"Kalau kita lihat selama ini, sektor kelautan dan perikanan belum menjadi lokomotif pembangunan yang bisa mendorong roda pembangunan di NTT. Laut belum menjadi sumber kehidupan padahal potensi kelautan dan perikanan kita sangat besar," ungkapnya.

Selain sektor kelautan dan perikanan, Politisi PDI Perjuangan itu menambahkan, NTT juga memiliki potensi pertanian yang sangat juga menjanjikan. Namun banyak lahan pertanian yang belum dikelola secara baik sehingga para petani masih hidup dalam kesulitan.

Menurutnya, selain potensi pertanian yang belum dikelolah secara baik, mayoritas petani di NTT umumnya petani tradisional yang minim pengetahuan dan juga minim sarana produksi karena bekerja mengandalkan tenaga manusia. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan pertanian di NTT.

"Bagaimana mungkin kita mau melakukan loncatan-loncatan tranformasi besar di sektor pertanian kalau SDM di sektor pertanian itu baik dari segi kuantitas apalagi kualitas masih sangat terbatas. Maka tepat dan sangat benar lembaga pendidikan tinggi ini menyelenggarakan diskusi kita pada hari ini dengan tema SDM Pertanian NTT Unggul Menuju Kedaulatan Pangan," ujarnya.

Ansy menyakini bahwa kehadiran lembaga pendidikan tinggi Stiper Flores Bajawa mempunyai tujuan tersendiri yakni untuk melahirkan banyak sarjana dibidang pertanian yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan sehingga kemudian ilmu pertanian tersebut bisa dibagi kepada para petani.

Dijelaskannya, umumnya para petani di Indonesia dan khususnya di NTT usianya sudah cukup senja. Kalaupun ada anak-anak muda yang mau bergelut di bidang pertanian jumlahnya sangat sedikit, sehingga negara sangat intensif mengkampanyekan tentang pentingnya melakukan regenerasi petani dengan cara memberikan dukungan kepada anak-anak muda kelompok milenial untuk  mulai mencintai dunia pertanian.

"Dan membangun sebuah penyadaran kepada kaum muda bahwa menyandarkan kehidupan pada sektor pertanian juga sangat menjanjikan kehidupan yang sejahtera," ungkapnya.

Dalam kondisi para petani didominasi oleh mereka yang sudah memasuki usianya senja dan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik, maka peran penyuluh pertanian menjadi sangat penting. Menurut Ansy Lema, perbandingan antara jumlah penyuluh pertanian dan para petani di Indonesia tidak proporsional.

Berdasarkan data, jelas Ansy, jumlah penyuluh pertanian di Indonesia sebanyak 40 ribu orang yang terdiri dari penyuluh swadaya, tenaga harian lepas, tenaga bantu penyuluh pertanian, dan penyuluh PNS. Para penyuluh tersebut ditugaskan untuk memberikan pendampingan kepada 600 ribu lebih kelompok tani, 64 ribu gabungan kelompok tani, 11 ribu lebih kelembagaan petani. Sedangkan jumlah petani di Indonesia sebanyak 38 juta.

"Kalau dibuat perbandingannya maka satu penyuluh mendampingi 931 petani. Padahal idealnya kalau tidak salah, satu desa satu orang penyuluh. Dan ini menjadi potret persoalan kita," ungkapnya.

Persoalan lain terkait dengan kualitas penyuluh. Menurut Ansy, berbicara mengenai kualitas, maka para penyuluh harus diberikan pelatihan dan  informasi baru mengenai pertanian sehingga para penyuluh bisa mengupdate terus pengetahuan tentang pertanian.

Baca: Ansy : Pariwisata Labuan Bajo Harus Ditopang 'NTT'

"Jadi selain masalah kuantitas, juga masalah kualitas penyuluh. Dan yang tidak kalah penting terkait persoalan kesejahteraan penyuluh. Bagaimana kita menginginkan penyuluh mendedikasikan dirinya untuk bekerja mendampingi para petani kalau tingkat kesejahteraan mereka jauh dari angka layak. Dan ini peta persoalan pertanian," ungkapnya.

Ansy Lema mengatakan, pengelolaan lahan pertanian di Indonesia dan Provinsi NTT harus berorientasi pada kedaulatan pangan. Maksudnya, pangan yang dihasilkan harus bersumber dari lahan pertanian sendiri. Dengan begitu, maka pangan Indonesia dan NTT tidak bergantung pada pihak lain.

"Jadi kasarnya, kalau kita mau makan, maka makan dari sumber sendiri. Kita tidak boleh beli dari impor," ungkapnya.

Ansy menjelaskan, berbicara kedaulatan pangan, maka juga berbicara mengenai diversifikasi pangan. Dimana pemerintah harus bisa kembangkan pangan lokal yang sesuai dengan iklim dan cuaca di daerah tersebut.

"Di NTT saya bisa sebut ada sorgum, jagung, ubi kayu, dan lain sebagainya. Jadi pangan lokal yang ada di daerah harus dikembangkan untuk pemenuhan pangan keluarga," ujarnya.

Quote