Ikuti Kami

Edy Wuryanto Ingatkan Tes Kesehatan Jiwa untuk Anak Tak Berhenti pada Tahap Deteksi

Selanjutnya, ia menyinggung mengenai tenaga kesehatan di bidang mental.

Edy Wuryanto Ingatkan Tes Kesehatan Jiwa untuk Anak Tak Berhenti pada Tahap Deteksi
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengingatkan pemerintah masuknya tes kesehatan jiwa untuk anak dalam pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah tidak boleh berhenti pada tahap deteksi, tetapi harus dibarengi intervensi selanjutnya.

“Kalau kita hanya fokus pada angka hasil skrining, tanpa memikirkan apa yang terjadi setelah itu, maka program ini akan kehilangan makna. Pemeriksaan kesehatan mental itu tidak cukup hanya mendeteksi, tapi harus ditindaklanjuti dengan intervensi sesuai tingkat keparahannya,” ujar Edy kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Baca: Ganjar Dorong Delapan Parpol di DPR RI Duduk Bersama

Selanjutnya, ia menyinggung mengenai tenaga kesehatan di bidang mental. Menurut Edy, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan mental di fasilitas pelayanan primer masih sangat terbatas.

Oleh karena itu, kata dia, Kementerian Kesehatan perlu segera memperluas pelatihan kepada perawat dan dokter umum di puskesmas, termasuk memberdayakan kader kesehatan masyarakat untuk melakukan deteksi awal secara tepat.

Lebih lanjut, Edy menyebut bahwa program CKG di sekolah akan efektif jika mampu menjangkau tiga kelompok, yakni anak-anak yang tidak mengalami gangguan untuk diberikan promosi kesehatan jiwa, mereka yang menunjukkan gejala ringan atau sedang untuk diberikan intervensi, dan mereka yang memiliki masalah berat untuk segera dirujuk.

Namun, legislator dari Dapil Jateng III itu menegaskan bahwa pencegahan untuk menghindari gangguan kesehatan jiwa harus digalakkan. Menurutnya, urgensi dari pemeriksaan kesehatan mental juga tak lepas dari situasi sosial yang dihadapi anak-anak usia sekolah. Salah satunya adalah perundungan.

Edy menekankan bahwa kondisi-kondisi ini telah terbukti menjadi pemicu munculnya gangguan, seperti kecemasan dan depresi.

Baca: Ganjar Tegaskan Negara Tak Boleh Kalah 

“Kita tidak bisa menunggu anak mengalami gangguan berat baru bertindak. Justru intervensi dini akan menyelamatkan masa depan mereka. Karena gangguan mental bukan hanya soal perilaku hari ini,” kata Edy.

Sebagai negara yang menargetkan lahirnya generasi emas pada 2045, Edy menegaskan bahwa perhatian terhadap kesehatan jiwa anak tidak bisa ditunda. Anak-anak usia 7 hingga 18 tahun saat ini adalah calon pemegang tongkat estafet bangsa dalam dua dekade ke depan.

“Kita sedang membentuk generasi masa depan. Mereka harus sehat secara fisik dan mental. Jangan sampai kita hanya sibuk membangun infrastruktur fisik, tetapi melupakan ketahanan jiwa generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Quote