Jakarta, Gesuri.id – Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menekankan pentingnya kebijakan pangan yang berbasis kearifan lokal. Hal itu disampaikannya dalam penutupan Seminar Nasional Peringatan Hari Tani Nasional 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (24/9).
Hasto menilai Indonesia memiliki keanekaragaman pangan yang luar biasa, tetapi masyarakatnya mulai kurang peka. “Kita seolah-olah tidak lagi menghormati pangan. Padahal dengan keterbatasan, kita bisa bertahan hidup,” katanya.
Ia menggambarkan betapa pentingnya menghargai pangan. “Kalau ruangan ini kita kunci 5 hari dengan keterbatasan pangan, kita akan bersyukur pada daun-daunan. Itu latihan imajinasi tentang pentingnya pangan,” ujarnya.
Hasto mengapresiasi Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, yang telah mengembangkan pertanian berbasis kearifan lokal dan organik. “Langkah itu sejalan dengan ekonomi sirkular yang ramah lingkungan,” tuturnya.
Menurut Hasto, PDIP telah memberikan sumbangan signifikan dalam memperkuat ketahanan pangan daerah. “Dari bawah kita belajar bagaimana adat dan tradisi petani lokal berkontribusi pada sistem pangan nasional,” katanya.
Ia juga menyinggung sejarah kolonialisme yang meminggirkan petani. “Kita belajar dari Multatuli dan sejarah tanah rakyat. Jangan sampai kebijakan sekarang mengulangi kesalahan masa lalu,” ujarnya.
Hasto meminta agar kebijakan pangan selalu melibatkan petani. “Mereka adalah sumber pengetahuan. Jangan pernah merancang kebijakan tanpa mereka,” tegasnya.
Ia mengakhiri sambutannya dengan seruan gotong royong. “Kalau kita menyatukan tekad, Indonesia bisa menjadi bangsa yang berdaulat pangan sekaligus melestarikan bumi,” pungkasnya.