Ikuti Kami

Hemat Anggaran, Pemkot Surabaya Bangun 5 Rumah Kompos

Sampah-sampah tersebut selain diolah menjadi pupuk kompos dan daur ulang, juga dimanfaatkan atau diubah menjadi listrik.

Hemat Anggaran, Pemkot Surabaya Bangun 5 Rumah Kompos
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Surabaya, Gesuri.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menambah lima rumah kompos baru. Pembangunan rumah kompos merupakan upaya pengolahan sampah agar tidak menjadi permasalahan lingkungan di kemudian hari.

Sampah-sampah tersebut selain diolah menjadi pupuk kompos dan daur ulang, juga dimanfaatkan atau diubah menjadi listrik.

Baca: Keren, Rumah Kompos di Surabaya Hasilkan Energi Listrik

"Insya Allah ada tambahan lagi sekitar lima (rumah kompos). Karena saya punya target minimal kurang lebih 50 ton sampah tidak lagi masuk ke TPA Benowo," kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, di Surabaya Senin (25/3).

Rumah kompos itu, kata Risma, akan dibangun di daerah Tenggilis, Jambangan, Bratang, Tambak Oso, dan Wonorejo. Menurutnya, lima rumah kompos tersebut harus bisa menurunkan 50 ton sampah atau satu rumah kompos bisa menampung kurang lebih lima sampai sepuluh ton sampah.

Sementara itu, Risma menargetkan, untuk kapasitas listrik yang dihasilkan rumah kompos tersebut, yakni 4 kilowatt dari kapasitas sampah sebanyak 6-10 ton. Surabaya, lanjut dia, sudah memiliki empat tempat pembuangan sampah (TPS) yang menghasilkan listrik.

Sampah penghasil listrik tersebut, kata dia, bisa digunakan untuk menerangi taman kota yang ada di Surabaya.  Salah satunya taman kota yang terletak di Bratang dan Wonorejo.

"Tahun ini lima tempat itu (rumah kompos) harus selesai karena memang anggarannya untuk tahun ini, sehingga tahun ini harus selesai," ujar Risma.

Sejatinya, rumah kompos di Surabaya, sambung Risma, sudah cukup banyak. Namun, rumah kompos yang bisa menghasilkan listrik baru ada di empat TPS.  Sedikitnya, terdapat 28 rumah kompos di Surabaya yang mensuplai pupuk untuk taman di ibu kota Provinsi Jawa Timur tersebut.

Baca: Kamboja Belajar Pengelolaan Lingkungan Kota Surabaya

"Kalau kami harus beli pupuk akan mahal sekali perawatannya dan kami enggak ada uang untuk itu," ujar Risma.

"Kalau anggaran hanya untuk beli pupuk, sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, membayar tenaga kerja, dan lainnya, tidak kebagian," lanjutnya.

Melalui rumah kompos tersebut, Risma melanjutkan, akan menghemat anggaran karena Pemkot Surabaya merawat taman menggunakan pupuk kompos yang diolah sendiri. Termasuk penerangan taman yang menggunakan listrik hasil dari olahan sampah.

"Warga Surabaya sangat beruntung karena penghematannya sangat besar sekali," ucapnya.

Lebih lanjut, Risma menuturkan, sampah di TPA menurun saat ini, sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), kata Risma, sebanyak 1.400 ton. Biasanya, rata-rata sampah di TPA dulunya sebanyak 3.300 ton. 

Menurut Risma, setiap tahun memang ada penurunan. Apabila sampah di TPA bisa turun terus-menerus, Pemkot Surabaya, lanjut dia, dengan penduduk mencapai 3 juta jiwa, cukup membayar 48 juta dollar Amerika untuk pembayaran TPA. Risma mencontohkan, di Solo harus membayar 90 juta dollar Amerika, Bandung 200 juta dollar Amerika, dan Jakarta 300 juta dollar Amerika.

Baca: Jelang Surabaya Marathon, Risma Turun Tangan Perbaiki Taman

"Itu yang berkomentar wakil menteri ESDM. Saya coba terus kurangi (sampah) sehingga akan berkurang terus pembayaran ke TPA," terang dia.

Risma mengaku, setiap harinya akan mengirim 1.000 ton sampah untuk masuk ke TPA. Sebab, hal itu menyangkut listrik yang akan keluar dari TPA.

"TPA kami akan keluar kurang lebih 11 megawatt nantinya. Kalau kurang dari 1.000 ton (sampah), maka listriknya juga akan berkurang. Sehingga kami akan wanprestasi. Makanya sekarang ini ada 1.400 ton per hari, 1.000 ton masuk TPA, dan 400 ton kami olah," tandasnya.

Quote