Ikuti Kami

Kent Minta Dinkes DKI Jakarta Lakukan Deteksi Dini

Permintaan itu datang menyusul meningkatnya penyakit gangguan ginjal akut di Jakarta.

Kent Minta Dinkes DKI Jakarta Lakukan Deteksi Dini
Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth meminta kepada Dinas Kesehatan Jakarta agar gerak cepat dalam melakukan deteksi dini serta siaga dalam melayani pasien anak dengan diagnosa gagal ginjal akut.

Permintaan itu datang menyusul meningkatnya penyakit gangguan ginjal akut di Jakarta.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada 20 Oktober 2022, terdapat 86 anak mengalami gangguan gagal ginjal akut, dan 47,55 persen dari kasus yang dilaporkan meninggal dunia.

"Dinkes harus gerak cepat untuk mendeteksi para balita yang alami gangguan ginjal akut. Harus segera ditangani saat ada pasien di diagnosa gagal ginjal akut," kata Hardiyanto Kenneth dalam keterangannya di Jakarta, Senin (24/10).

Baca: Rahmad Sepakat Wacana KLB Penyakit Gagal Ginjal Akut

Saat ini, sambung pria yang akrab disapa Bang Kent, 26 vial obat Fomepizole untuk pengobatan gangguan ginjal akut progresif atipikal telah dibawa ke Tanah Air, dari dua negara yaitu Singapura dan Australia.

"Terkait dengan hal tersebut, Dinkes harus segera lakukan proses jemput bola, mereka (dinkes) harus proaktif dalam mencari informasi dan juga harus selalu berkomunikasi dengan Kemenkes agar pendistribusian di Jakarta tidak mengalami kesulitan. Karena menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin bahwa obat tersebut sangat langka," beber Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta itu.

Kent juga meminta Pemprov DKI Jakarta untuk segera menarik obat sirup anak yang diduga mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas, yang dijual di apotek, seperti Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), dan Unibebi Demam Drops (obat demam).

"Berdasarkan keterangan BPOM ada lima obat batuk sirup yang harus ditarik dari peredaran. Pemprov dan Instansi terkait harus segera melakukan penarikan agar tidak ada lagi apotek yang menjual obat tersebut. RSUD dan Puskesmas juga harus siaga 1, Mudah-mudahan penyakit gangguan ginjal akut ini tidak meluas penularannya," harap Kent.

Selain itu, Kent juga menyikapi stunting yang saat ini masih menjadi momok di Kota Metropolitan ini. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting Jakarta Utara tercatat paling tinggi di Ibu Kota, yakni mencapai 20,4% pada 2021. Sebanyak 1 dari 5 Balita di Jakarta Utara mengalami stunting, untuk Jakarta Pusat: 19,7%, Kepulauan Seribu: 19,3%, Jakarta Barat 7,6%, Jakarta Selatan: 15,7%, dan Jakarta Timur: 13,4%.

"Selain penularan ginjal akut, Pemprov DKI juga harus mewaspadai angka stunting yang tak pernah kunjung selesai. Masalah gizi pada balita masih menjadi permasalahan kesehatan yang tergolong tinggi Kota Metropolitan saat ini, sangat miris ya di Kota Jakarta masih ada balita yang kekurangan asupan gizi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan yangb Jakarta itu.

Menurutnya, angka stunting melonjak di Jakarta karena efek dari Pandemi Covid-19 dimana perekonomian warga menurun akibat Pemutus Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di sejumlah perusahaan hingga berdampak kepada keluarga.

"Efek pandemi ini masih terasa dari sisi ekonomi, berdampak banyak orang dari perekonomian menurun, karena permasalahan ekonomi inilah untuk masyarakat menengah ke bawah ini harus memilih antara masalah perut dan kesehatan, di pemikiran mereka bisa makan saja sudah syukur boro boro memikirkan kesehatan badan. Pemprov DKI harus maksimal dalam menyiapkan solusi terkait permasalahan tersebut," tuturnya.

Oleh karena itu, Kent meminta kepada warga agar membudayakan pola hidup sehat, harus memperhatikan semua aspek kondisi kesehatan.

Tak hanya soal makanan, tapi juga kebiasaan dalam menjalani gaya hidup.

Baca: Pemkot Surakarta Terus Waspadai Kasus Gagal Ginjal Akut

Pasalnya, saat ini Indonesia masih di hantui oleh wabah penyakit seperti Covid-19, gagal ginjal akut, hingga permasalahan stunting.

"Pola hidup sehat harus dibudayakan, jangan hanya berhenti dalam tahapan sosiliasiasi saja. Jadi kebiasaan lama yang kurang baik harus diubah, memang tidak hanya soal niat, tetapi juga soal keseriusan. Apalagi, kebiasaan menjalani pola hidup sehat itu tidak cukup hanya dengan satu langkah saja," beber Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI ini.

Kent berharap kepada Pj Gubernur DKI Heru Budi agar lebih memperhatikan kesehatan warganya terutama fokus, dan priotitaskan dalam menangani sejumlah penyakit yang melanda Jakarta, seperti Covid-19, gagal ginjal akut, dan stunting, selain dalam menangani banjir dan macet.

"Selain banjir dan macet, Pak Heru juga harus memprioritaskan kesehatan warganya. Covid-19, gagal ginjal akut dan stunting harus mendapatkan perhatian khusus salah satunya terkait permasalahan stunting ini, bisa melakukan prioritas anggaran bantuan untuk korban stunting ini dan harus tepat sasaran."

"Saya yakin terkait permasalahan stunting ini akan selesai jika selama dua tahun Pak Heru ini fokus dan serius dalam menangani ini, saya yakin angka stunting akan turun secara signifikan, apalagi Pak Heru saya lihat gerakannya lumayan cepat ya," pungkasnya.

Quote