Ikuti Kami

Kent: Rumah Panggung Anies Sangat Mubazir, Ini Seharusnya 

"Kunci paling penting dalam pengendalian banjir di wilayah Kebon Pala adalah pemasangan sheet pile di wilayah bantaran Kali Ciliwung".

Kent: Rumah Panggung Anies Sangat Mubazir, Ini Seharusnya 
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth yang akrab disapa Kent menegaskan pembangunan rumah panggung tidak perlu dilakukan dan sangat mubazir jika di daerah yang kerap langganan banjir.

Baca: Rumah Panggung Kebon Pala, Picu Kecemburuan Sosial

"Kunci paling penting dalam pengendalian banjir di wilayah Kebon Pala adalah pemasangan sheet pile di wilayah bantaran Kali Ciliwung, jangan malah dibuatkan rumah panggung di sana," kata Kenneth dalam keterangannya, Jumat (30/4), terkait permukiman warga Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang kembali tergenang banjir setinggi kurang lebih 70 cm pada Kamis (29/4) pagi. 

Banjir tersebut akibat luapan Kali Ciliwung setelah pada Rabu (28/4) malam, dimana bendungan Katulampa berstatus siaga tiga setelah diguyur hujan.

Pemprov DKI Jakarta pun berencana untuk membangun rumah panggung sebanyak 40 unit di daerah Kebon Pala.

Lebih lanjut, menurut Kent, Pemprov DKI Jakarta seharusnya melakukan pemasangan sheet pile disepanjang jalur Kali Ciliwung secara integral serta merelokasi jika ada penduduk yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung.

Oleh karena itu, Kent meminta kepada Pemprov DKI Jakarta fokus untuk membebaskan tanah warga yang berada di bantaran kali, dengan memaksimalkan peran Lurah.

"Lurah setempat harus melakukan sosialisasi secara intens kepada warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, tentang bahaya banjir dan apa saja program Pemprov DKI dalam penanggulangannya, permasalahan yang selama ini terjadi di lapangan yang sering saya temui, bahwa kurangnya edukasi dan pengetahuan warga mengenai program Pemprov DKI tentang penanggulangan banjir," tutur Kent.

Kata Kent, saat ini Pemprov DKI harus menyusun strategi untuk berkomunikasi dengan masyarakat agar menghasilkan solusi yang baik dalam penanganan banjir di wilayah tersebut.

"Harus disusun strategi komunikasi yang baik supaya tercapai win win solution, agar supaya masyarakat bisa memahami dan mau mengalah jika pembebasan lahan sudah dilaksanakan dengan tujuan menormalisasi bantaran Kali Ciliwung agar ke depannya tidak terjadi banjir terus menerus," sambungnya.

Selain itu, lanjut Kent, Pemprov DKI juga harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait dengan penetapan lokasi, dan peta bidang rumah warga yang berada di bantaran Kali Ciliwung yang akan di bebaskan, supaya tidak salah lokasi pada saat pelaksanaannya, Pemprov DKI harus betul-betul menyadari bahwa di sini BPN punya peranan sangat penting dalam upaya mendukung program penanggulangan banjir ini.

"Kalau mau sukses tangani banjir, buang jauh-jauh ego sektoral, harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, jangan malah mendahulukan kepentingan pribadi di banding kepentingan masyarakat. Pemprov DKI harus benar-benar serius dan realistis dalam membuat program penanganan banjir ini," ketus Kent.

Kent pun menilai, jika program Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan membuat rumah panggung di wilayah Kebon Pala, Jakarta Timur terkesan hanya untuk melarikan diri dari masalah yang sudah ada, bukan untuk menyelesaikan masalah.

"Program rumah panggung yang digagas oleh Pak Anies menurut saya hanya untuk menghindar dari masalah saja, Buktinya saja wilayah Kebon Pala dan rumah panggung tersebut masih kebanjiran kok?" kata Kent.

Menurutnya, air yang kerap melanda DKI Jakarta dan Kebon Pala merupakan air kiriman, karena memang kontur wilayah daratan kita yang di bawah dan dekat dengan laut, jadi mau tidak mau harus dipasang sheet pile diseluruh bantaran kali termasuk bantaran kali Ciliwung, supaya pada saat air kali meluap karena debit air yang tinggi bisa menahan luapan air, dan tidak tumpah ke jalan dan permukiman warga.

"Dan juga harus menjalin komunikasi serta melibatkan sejumlah stakeholder terkait, salah satunya Markas Kopassus di daerah Cijantung, Pasar Rebo, karena memang letak Markas Kopassus tersebut di lewati juga oleh aliran Kali Ciliwung," tuturnya.

Menurutnya, DKI Jakarta itu kebanjiran karena rata-rata adanya air kiriman dan seharusnya Pemprov harus sensitif mengenai hal tersebut dan langsung action dengan membuat program secara realistis, holistik dan secara komprehensif.

"Jika Pak Anies benar-benar mau menyelesaikan masalah banjir ini akan 1.000 cara untuk menyelesaikannya, dan jika Pak Anies memang tidak mempunyai niat, akan juga ada 1.000 alasan untuk menghindarinya. Jadi menurut kami, jika seorang pemimpin mempunyai Nawaitu yang baik, saya yakin semuanya akan berakhir dengan baik, tetapi jika nawaitu-nya tidak baik ya tidak akan baik juga hasilnya," bebernya.

Baca: Rumah Panggung Anies, Gembong: Tak Selesaikan Masalah

Sebelumnya, permukiman warga yang berada di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, kembali tergenang banjir setinggi kurang lebih 70 cm pada Kamis (29/4) pagi. Banjir di permukiman padat penduduk ini terjadi akibat luapan Kali Ciliwung setelah pada Rabu (28/4) malam Bendung Katulampa berstatus siaga tiga setelah diguyur hujan.

Selain itu, banjir juga merendam proyek rumah panggung yang digagas oleh Pemprov DKI Jakarta bagi warga di permukiman ini. Sejumlah material bangunan seperti kayu dan batu dari proyek pembangunan rumah panggung itu berserakan terbawa banjir. Diketahui daerah Kebon Pala ini dalam tahun 2021 sudah dilanda banjir lebih dari delapan kali. Dilansir dari merdekacom.

Quote