Ikuti Kami

Pertemuan 2 Korea Beri Angin Segar Sejarah Bagi Asia Pasifik

Menurut Evita, tentu saja Indonesia sangat menaruh harapan tuntasnya konflik di Semenanjung Korea ini secara parmanen.

Pertemuan 2 Korea Beri Angin Segar Sejarah Bagi Asia Pasifik
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanty

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Komite Luar Negeri, Bidang Politik, Hukum dan Keamanan DPP PDI Perjuangan yang juga Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI- Parlemen Korea, Evita Nursanty mengungkapkan bertemunya dua pemimpin Korea, Kim Jong Un dan Moon Jae-in untuk pertama kali dalam sejarah merupakan awal yang sangat mencerahkan. 

Hal itu sekaligus hasil dari kerja keras baru dari sebuah perjalanan panjang proses perdamaian yang abadi di Semenanjung Korea. Sebab semua sadar konflik di Semenanjung Korea yang berusia 68 tahun sejak 1950, telah mempengaruhi dinamika geopolitik di kawasan Asia Pasifik.

"Hari ini dunia melihat suatu titik cerah hadir dari Semenanjung Korea. Mereka sepakat untuk berhenti perang dan memulai babak baru, meski saya mengerti denuklirisasi yang menjadi titik perhatian saat ini tidaklah mudah, karena ada sejumlah catatan kegagalan di masa lalu," ujar Evita dalam keterangannya, Senin (30/4). 

Tapi, `lanjut dia, bagaimanapun pertemuan ini adalah awal yang sangat baik, dan kita berharap langkah berikutnya baik itu dengan pertemuan tiga pihak dengan Amerika Serikat, atau empat pihak dengan Amerika Serikat dan China bisa berjalan dengan produktif dan mendukung Deklarasi Panmunjeon.

Evita mengatakan, denuklirisasi Semenanjung Korea bukanlah hal mudah bagi Korut dan karenanya banyak pihak yang masih meragu.Sebaliknya, banyak pihak juga yang melihat Korua Utara membutuhkan dukungan seperti humanitarian support, kelonggaran ekonomi, sipil, hubungan antar-warga dan lainnya. Itu sebabnya trust building harus sama-sama dibangun kedua Korea.

“Jadi ada tiga titik perhatian kita sekarang, denuklirisasi, trust building dan humanitarian support. Di situ ada kepentingan masing-masing dan harus bisa dijalin, perlu kerja keras, kesungguhan dan adanya trust tadi,” lanjut anggota Komisi I DPR RI ini.

Evita juga mengingatkan ada begitu banyak potensi kegagalan mengenai proses damai pasca pertemuan di Panmunjeon. Dia pun berharap Kim Jong Un membuktikan niat baiknya seperti diungkapkan dalam pertemuan sebab perhatian dunia kini mengarah kepadanya. 

Begitu juga faktor AS dan China jangan sampai terkesan menjadi pengganggu, tapi sebaliknya mereka harus ikut membangun trust diantara para-pihak.

Evita meminta agar semua pihak kembali melihat kegagalan perundingan di masa lalu, terutama dari sisi Korea Utara. Ini penting untuk menguji kesungguhan dan juga mencegah sengketa baru yang tidak perlu. Sebab untuk menggelar pertemuan Korea Summit itupun bukan hal mudah karena bisa saja ada sengketa protokoler yang tidak perlu.

"Saya sangat berharap pertemuan yang sudah menjadi perhatian seluruh dunia ini, tidak hanya dijadikan waktu 'jeda' untuk selanjutnya melanjutkan perseteruan berikutnya. Ini harus berkelanjutan dan memperluas langkah baik menuju perkembangan berkelanjutan hubungan antar-Korea, perdamaian dan kemakmuran di semenanjung dan reunifikasi, seperti bunyi deklarasi yang mereka setujui," ucap Evita lagi.

Terkait dengan Indonesia, menurut Evita, tentu saja Indonesia sangat menaruh harapan tuntasnya konflik di Semenanjung Korea ini secara parmanen. Dengan harapan mengurangi tensi yang sangat besar seperti selama ini di kawasan. 

Indonesia memiliki hubungan baik dengan Korea Selatan maupun Korea Utara, dan memiliki pandangan yang sama bahwa perlunya denuklirisasi di semenanjung.
 

Quote