Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR asal Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, menanggapi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Whoosh, hingga ke Surabaya dan Banyuwangi.
Dalam kunjungan kerja ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Kereta Whoosh, Rieke menilai perlunya evaluasi menyeluruh terhadap proyek yang sedang berjalan.
Dia mengingatkan, pembangunan jalur baru untuk kereta cepat hinga ke Banyuwangi itu, tidak bisa disatukan dengan proyek Kereta Whoosh yang masih menghadapi tantangan pembiayaan dan operasional.
“Usulan saya, (Kereta Whoosh) jadikan pelajaran berharga untuk membangun kereta api cepat Jakarta-Surabaya. Permintaan Presiden Prabowo agar sampai Banyuwangi, mohon tidak satu paket dengan KCIC (Kereta Whoosh)," papar Rieke, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Artinya, lanjut Rieke, jika benar pemerintah ingin membangun kereta cepat dari Jakarta ke Banyuwangi, haruslah proyek baru. Alasannya, Kereta Whoosh saat ini masih dirundung rugi. Selain itu, proyek Kereta Whoosh yang dibangun era Jokowi, kini banyak disorot publik.
"Kereta cepat dari Jakarta ke Surabaya atau Banyuwangi itu, ya harus proyek baru. Jangan jangan digabung dengan KCIC yang dalam tanda kutip sedang sakit ini. Kami tidak mau ini menjadi tambahan beban bagi pemerintah,” ujar Rieke,
Dia menegaskan, perlunya mencari solusi untuk menyembuhkan proyek Kereta Whoosh yang ada, bukan menambah beban baru dengan proyek lanjutan. Penyelamatan KCIC, tidak boleh hanya untuk memuluskan proyek ambisius yang perencanaannya tidak matang.
“Kita cari solusi untuk 'sembuhkan' proyek ini. Saya enggak tahu caranya, tapi Insha Allah, ada. Karena banyak orang yang mau terlibat, para ahli. Menyelamatkan KCIC tidak boleh dengan perspektif sekadar menyelamatkan proyek ambisius. Atau istilahnya FOMO di zaman sekarang,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara diminta putar otak menemukan formula yang tepat untuk menyelesaikan tekanan utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh Rp2 triliun.
Anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron yang akrab disapa Kang Hero, mewanti-wanti langkah Danantara tidak boleh membebani konsorsium BUMN yang memegang 60 persen saham KCJB.
"Danantara harus mencari opsi yang tepat agar (Whoosh) menghasilkan keuntungan atau paling tidak, tidak membebani konsorsium BUMN pemilik 60 persen saham (KCJB), termasuk lead firm PT KAI yang juga membutuhkan pengembangan kereta reguler kedepanya," ujarnya, Senin (20/10/2025).
Politikus Partai Demokrat ini membeberkan beberapa opsi strategis yang bisa dipertimbangkan. Menurutnya, perlu ada terobosan untuk meningkatkan pendapatan, baik dari operasional kereta api cepat itu sendiri maupun dari ekosistem di sekitarnya.
"Opsi yang diambil bisa saja apakah berupa penambahan jarak tempuh Kereta Whoosh hingga Surabaya, atau kreatif menambah pendapatan lain dari ekosistem sepanjang jalur KCJB," jelasnya.
"Misal menghidupkan kembali kota baru Walini, atau menghitung ulang (fleksibilitasnya) dengan efisiensi dan restrukturisasi," katanya menambahkan
Soal wacana penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menalangi utang Kereta Whoosh, dia menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada pemerintah. Diingatkan, langkah serupa pernah diambil di masa lalu. Dan hasilnya, menambah beban negara.
"Tentu diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah, karena hal ini pernah dilakukan di pemerintahan yang lalu, ketika dibutuhkan cost overrun atas membengkaknya biaya konstruksi KCJB," pungkasnya.

















































































