Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi V DPR RI Dapil IV Jawa Tengah, Sofwan Dedy Ardyanto, menyampaikan pandangannya mengenai masa depan ilustrasi karikatur di era berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal tersebut ia ungkapkan saat berkunjung ke Pameran Karikatur Rakyat Berdaulat pada Minggu siang (16/11).
Kedatangan Sofwan dari Fraksi PDI Perjuangan itu, bertepatan dengan berlangsungnya pameran tunggal karya kartunis Suara Merdeka, Djoko Susilo, di Museum BPK RI Magelang pada 14–28 November 2025. Setelah berkeliling melihat berbagai karya, ia menegaskan bahwa karikatur merupakan produk jurnalistik yang memiliki posisi kuat dan akan bertahan melintasi zaman.
“Ya, buat saya karikatur itu adalah sebuah bentuk ekspresi visual yang dari zaman ke zaman terus bertahan. Karikatur ini adalah salah satu bentuk produk jurnalisme yang pakem dan tetap bertahan,” ujarnya.
Sofwan yang memiliki latar belakang dunia pers juga menyampaikan apresiasi khusus kepada para kartunis dan karikaturis yang terus konsisten berkarya. Menurutnya, kemampuan mereka menangkap dinamika masyarakat adalah nilai penting yang tidak tergantikan.
“Jadi saya paham betul betapa tidak mudah menjadi seorang karikaturis. Oleh karena itu saya selalu angkat topi kepada teman-teman karikaturis, kartunis yang sampai hari ini tetap konsisten mengekspresikan suara publik sesuai dengan peristiwa dan dinamika yang terjadi,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sofwan turut mengenang pengalamannya semasa kuliah. Dengan nada bercanda ia mengaku pernah mencoba menjadi karikaturis, sebelum akhirnya menekuni dunia kepenulisan.
“Waktu di kampus saya juga seorang karikaturis di lembaga pers. Dulu sebelum jadi penulis saya suka menggambar, tapi ternyata tidak terlalu berbakat. Lebih berbakat menulis ketimbang menggambar. Maka akhirnya menjadi reporter dan jurnalis tulis tahun 1996 sampai 2000,” kenangnya sambil tertawa.
Terkait maraknya penggunaan AI dalam pembuatan ilustrasi dan karikatur, Sofwan menilai bahwa perkembangan teknologi tidak akan menghapus eksistensi karikatur sebagai bentuk seni visual yang berakar kuat dalam sejarah manusia.
“Dunia karikatur ini menurut saya sebuah keniscayaan. Dia akan terus ada, karena dari semua produk peradaban manusia, jejak yang paling tua pun adalah gambar. Di gua-gua itu bukan tulisan, tapi gambar. Tulisan Mesir, hieroglif, itu juga gambar. Kanji pun berasal dari gambar sebelum berkembang,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa keberadaan AI justru hanya berperan sebagai alat bantu, bukan pengganti esensi karikatur itu sendiri.
“Menurut saya karikatur akan terus ada sepanjang manusia hidup di muka bumi. Meskipun sekarang ada AI dan segala macamnya, AI itu hanyalah proses. Produk karikaturnya tetap dibutuhkan dan tetap memiliki segmennya sendiri dalam sejarah perjalanan panjang bangsa mana pun,” tegasnya.

















































































