Ikuti Kami

Budiman: Strategi Kubu Prabowo Mirip Teroris

Strategi mirip teroris dengan melancarkan aksi kampanye hitam di Pilpres 2019.

Budiman: Strategi Kubu Prabowo Mirip Teroris
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengatakan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kerap menggunakan strategi mirip teroris dengan melancarkan aksi kampanye hitam di Pilpres 2019.

Hal itu dikatakan Budiman ketika merespons penangkapan tiga orang perempuan relawan Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi (PEPES) Karawang atas dugaan kampanye hitam di Karawang, Jawa Barat

Budiman menilai strategi kampanye hitam kubu Prabowo-Sandiaga mirip teroris karena kerap mengandalkan kaum perempuan sebagai tameng untuk menjalankan aksi-aksi kampanye hitam.

"Mirip teroris atau penculik, strategi mereka, untuk mengurangi reaksi kemarahan orang atas ide mereka yang kotor, mereka memakai perempuan sebagai tamengnya," kata Budiman, baru-baru ini. 

Budiman mengatakan, kemiripan pemikiran dalam aksi yang dilakukan aktivis perempuan PEPES dengan teroris itu terletak pada kesamaan cara yang digunakan. Mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik itu mengungkapkan kedua aksi itu sama-sama menggunakan cara kotor untuk memancing amarah masyarakat dengan tindakan membunuh atau memfitnah masyarakat.

"Teroris dan PEPES ini sama cara berpikirnya. Mereka sadar ide dan kelakuan mereka kotor, dan mudah memancing amarah orang banyak dengan kelakuan mereka membunuh atau memfitnah," kata dia.

Budiman menyatakan kubu Prabowo tak hanya sekali menggunakan perempuan untuk melakukan aksi kampanye hitam. Dia menyebut kasus lain seperti hoaks Ratna Sarumapet dan doa mengancam ala Neno Warisman.

"Peristiwa itu menunjukkan bahwa mereka menyembunyikan niat jahat mereka di balik sosok perempuan atau sosok ibu," kata Budiman.

Budiman mengatakan dalam tradisi masyarakat Indonesia perempuan dianggap sebagai kelompok rentan yang harus dilindungi oleh seluruh pihak. Dengan memanfaatkan tradisi berpikir itu, kubu Prabowo memanfaatkan perempuan dalam kampanye hitam untuk mereduksi reaksi kemarahan orang-orang atas aksi kotornya.

"Tapi kelompok pembenci pak Jokowi ini memperlakukan kaum perempuan sebagai pesuruh melakukan trik-trik kotor. Untuk mengurangi reaksi kemarahan orang atas ide mereka yang kotor, mereka memakai perempuan sebagai tamengnya," kata dia.

Budiman pun meminta polisi menindak tegas aksi-aksi penyebar kabar hoaks yang dilakukan kubu Prabowo-Sandiaga tanpa memandang gender. Sebab, penggunaan perempuan oleh kubu Prabowo-Sandiaga sudah diekspoitasi sebagai pola strategi dan kekuatan yang merusak dalam Pilpres 2019 ini.

"Menurut saya polisi harus tegas, entah pelakunya perempuan atau bukan. Karena ini tampaknya jadi pola strategi mereka. Perempuan sebagai kekuatan produktif dalam masyarakat sudah mereka peralat jadi kekuatan kontra produktif bahkan destruktif," ujarnya.

Seperti diketahui, Polres Karawang meringkus tiga perempuan karena diduga melakukan kampanye hitam terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf. Penangkapan tersebut didahului oleh beredarnya video di media sosial yang diduga melibatkan ketiga perempuan tersebut.

Dalam video, ketiganya saat kampanye dari pintu ke pintu meyakinkan warga bahwa Jokowi akan melarang azan, melarang pemakaian hijab, dan memperbolehkan pernikahan sesama jenis jika terpilih kembali.

Polisi pun telah menetapkan ketiga perempuan itu sebagai tersangka kasus kampanye hitam. Ketiganya dijerat dengan Pasal 28 ayat (2) Jo pasal 45A ayat (2) UU RI No. 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Mereka diduga kuat sebagai anggota relawan Prabowo-Sandi yang tergabung dalam PEPES.

Quote