Ikuti Kami

Ketum REPDEM: AHY Belajarlah Pada Presiden Jokowi, Pemimpin Kaya Prestasi

Wanto: Lebih baik AHY menyatakan malu hidup zaman Presiden SBY karena 10 tahun berkuasa tunduk pada kepentingan asing.

Ketum REPDEM: AHY Belajarlah Pada Presiden Jokowi, Pemimpin Kaya Prestasi
Alumni UIN Syarif Hidayatulah Jakarta sekaligus Ketua Umum REPDEM, Wanto Sugito. (istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Alumni UIN Syarif Hidayatulah Jakarta sekaligus Ketua Umum REPDEM, Wanto Sugito menanggapi keras ketika melihat AHY mendadak menjadi pahlawan kesiangan akibat pembatalan status tuan rumah Indonesia dalan FIFA U20. 

Wanto yang dikenal kritis itu mengatakan lebih baik AHY menyatakan malu hidup zaman Presiden SBY karena 10 tahun berkuasa tunduk pada kepentingan asing.

Baca: M Nurdin Gelar Aksi Nyata Kemasyarakatan Selama Ramadan hingga Idulfitri 1444H

Sebelumnya diberitakan, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku malu lantaran Indonesia batal jadi tuan rumah piala dunia U-20.

"Saat ini kita malu di dunia internasional. Karena ketidakmampuan kita untuk menyelesaikan situasi internal dalam negeri sendiri," kata AHY.

Kata Wanto, si AHY tidak memahami pentingnya penolakan terhadap Israel dalam memastikan bahwa bangsa Indonesia punya prinsip. 

Terbukti tim kesebelasan Palestina pun dibombardir ketika sedang main sepak bola oleh Israel. Rumah sakit pun di Bom. Mana sikap AHY? AHY lagi-lagi sudah ikut-ikutan bapaknya yang lebih tunduk pada kepentingan asing. 

“Harus dipahami, SBY Menyerahkan Blok Minyak Terbesar Indonesia yaitu Blok Cepu ke Asing, yakni Exxon Mobil sebagai upah politik Amerika Serikat atas dukungannya terhadap SBY. Berbeda ketika Ibu Megawati menjadi Presiden. AS saat itu marah ke Indonesia karena terlalu keras menolak aksi serangan terhadap Irak. Sikap Bu Mega terbukti benar, Timur Tengah menjadi berantakan. Hal-hal seperti ini yang harusnya membuat AHY malu”, ujar Wanto, mantan aktivis 98 ketika dihubungi gesuri.id, Sabtu (1/4).

Kader nasionalis ini menambahkan, SBY terlalu nurut kepada tekanan asing, sehingga biaya masuk produk-produk  pertanian termasuk beras menjadi nol persen. Terjadi liberalisasi di bidang ekonomi dan pangan.

“SBY merubah model politik Indonesia sangat liberal demi ambisi menang Pemilu 300%.  Tidak pernah ada rejim otoriter sekalipun mampu menaikkan 300%. Semua dengan kecurangan massif,” kata Wanto

Pria yang akrab disapa Klutuk ini mengingatkan AHY untuk jangan mempertanyakan komitmen Presiden Jokowi yang keberhasilannya berlipat-lipat dari 10 tahun ketika berkuasa. 

“AHY juga harus malu pada bangsa dan negara, ketika Pemerintahan SBY melakukan kriminalisasi thd Antasari Ketua KPK. Jadi malulah pada diri sendiri. Lebih baik AHY menebus kesalahan bapaknya, dan menanggung rasa malu akibat kriminalisasi hukum dan berbuat yang terbaik,” kata Wanto.

Wanto yang dikenal kritis inu mengaku khawatir nanti orang akan menilai pernyataan AHY akibat minimnya pengalaman. Di dunia militer pun, menurut Wanto, AHY kan pangkatnya baru memimpin 50 orang paling banyak. 

“Jadi belajarlah dulu sebagai pemimpin agar obyektif. Lalu saya juga mau tanya apa yang dilakukan 10 tahun SBY dalam mendamaikan konflik Palestina-Israel?? Padahal waktunya 10 tahun loh,” katanya.

Wanto juga mengingatkan AHY jangan suruh anak buahnya nimpali kritik pada dirinya. “Saya hanya mau berdebat langsung dengan AHY, terserah dimanapun oke,” paparnya.

Baca: Hendrik Tangke Allo: Tak Masalah Kaesang Bakal Maju Calwakot Depok

Lagi-lagi, Wanto meminta AHY harus banyak belajar tentang sejarah lahirnya Indonesia, isi konstitusi dan peraturan pemerintah terkait hubungan Indonesia dengan Israel yang tertuang dalam permenlu Nomor 3 Tahun 2019. 

Dengan menerima Israel di Indonesia, kata Wanto tentu melukai hati rakyat Palestina, dimana Palestina-lah yang memberi dukungan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia serta mengajak negara-neagra Timur Tengah untuk melakukan hal serupa. 

“Orang minim pengetahuan akan data, sejarah dan peraturan pemerintah ya begini modelnya. Lagi pula, saya yakin sekali bahwa pembatalan tersebut tidak mungkin hanya karena faktor dua pemerintah daerah tersebut. Masa FIFA selemah itu sih? Yang seharusnya kita tekan bersama adalah alasan dibalik keputusan FIFA atas pembatalan itu,” tutup Wanto.

Wanto juga menegaskan, jika AHY terus mendeskreditkan Pemerintah, REPDEM Akan Berdiri paling depan membela Presiden Jokowi.

Quote