Ikuti Kami

Barang Bukti Aksi 21-22 Mei, Kuatkan Adanya "Orderan" Rusuh

"Dia (Fadli Zon) harus mengakui, lha wong surat mobil dan catatan pajak sudah ketahuan, lalu sopir dan penumpangnya juga sudah bersaksi"

Barang Bukti Aksi 21-22 Mei, Kuatkan Adanya
Petugas kepolisian memperlihatkan puluhan barang bukti yang disita dari pelaku aksi kericuhan 22 Mei 2019 di Mapolda Kalbar, Kamis (23/5/2019). Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono menyatakan bahwa dari hasil tes urine sebanyak 98 dari 203 pelaku yang ditangkap oleh jajaran Polda Kalbar saat kericuhan di Pontianak Timur pada Rabu (22/5/2019) positif menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.

SEJUMLAH barang bukti disita Polisi dalam Unjuk Rasa 21-22 Mei 2019. Baik di depan Kantor Bawaslu maupun tempat lain di sekitar Petamburan, Tanah Abang.

Barang bukti berupa mobil ambulans berlogo partai, 90 telepon seluler, 19 amplop berisi uang tunai Rp 20 Juta, uang Dolar US$ 2.760, 2 pucuk pistol Taurus, 1 senapan serbu M4, 12 anak panah (dilumuri zat kimia berbahaya) dan rekaman telpon "aktor intelektual" dengan pelaku kerusuhan.

Dan setelah ditelusuri, pemilik mobil ambulans berlogo sebuah partai oposisi pengusung Capres 02 Prabowo Subianto itu adalah PT Arsari Pratama yang salah satu Komisarisnya adalah Keponakan Prabowo Subianto.

Jika para Petinggi partai yang logonya terpasang di stiker mobil ambulans membantah bahwa itu milik partainya, ternyata juga tidak benar. Pasalnya, sopir dan beberapa orang yang ditahan mengaku Sekretaris DPC partai yang logonya terpasang di ambulans.

Dan semua yang ditangkap polisi tidak memiliki kualifikasi sebagai petugas kesehatan, selain itu di mobil ambulans tersebut juga tidak dilengkapi peralatan medis. Sungguh bertolak belakang dengan jawaban mereka yang menyebut ambulans didatangkan dari Jawa Barat untuk membantu jika ada korban dari aksi 21-22 Mei. 

Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari meminta Wakil Ketua Umum Parta Gerindra Fadli Zon yang membantah ambulans tersebut milik partainya, untuk mengakui setelah diperkuat bukti-bukti yang ada.

"Dia (Fadli Zon) harus mengakui, lha wong surat mobil dan catatan pajak sudah ketahuan, lalu  sopir dan penumpangnya juga sudah bikin kesaksian dan divideokan. Dia tak bisa mengelak lagi bahwa ambulans itu milik partainya," kata Eva kepada Gesuri, Jumat (24/5). 

Bukti kuat lainnya adalah, ditangkapnya ratusan orang perusuh dan provokator aksi 21-22 Mei 2019 yang jika dilihat dari ciri-ciri fisiknya bukan peserta aksi damai di Kantor Bawaslu. 

Mereka para perusuh bayaran di Aksi 22 Mei jelas kelompok berbeda. Banyak tato di sekujur tubuh dan mulut bau alkohol ketika ditangkap menegaskan mereka memang kelompok yang dihadirkan khusus membuat goro-goro di Jakarta, memanfaatkan momentum aksi menuntut Pemilu curang oleh para pendukung 02.

Dari sejumlah bukti kuat tersebut, bisa ditarik Benang merah bahwa: aksi penolakan Pemilu 2019 memang murni ada yang menggerakkan dan disusupi oknum yang ingin membuat kerusuhan di Jakarta.

Ditambah lagi dilihat dari banyak korban meninggal akibat luka tembak. Padahal Polisi tidak dipersenjatai peluru tajam. 

Jika dilihat dari beberapa barang bukti yang disita dari kelompok perusuh seperti senjata serbu M4 (laras panjang) yang dilengkapi dengan alat peredam serta teropong sniper, dan busur panah, kemungkinan besar para korban meninggal dieksekusi oleh kelompok perusuh bayaran tersebut.

SOP Kepolisian yang hanya membawa senjata dengan peluru karet yang hanya membuat badan agak lebam dan peluru hampa yang hanya mengeluarkan suara, muskyil menuduh Polisi yang menembak para korban hingga meninggal.

Dan video hoax Brimob mengeroyok seorang pemuda di wilayah perkampungan jauh dari titik aksi juga salah satu narasi yang terus disemburkan agar mengambinghitamkan Kepolisian sebagai pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya sejumlah korban meninggal.

Padahal jelas, video Brimob pukuli bocah yang ikut demo hingga tewas itu hoax yang sangat keji. Dalam narasi yang viral di Twitter, korban yang dipukuli adalah anak di bawah umur berinsial RF (16). Korban disebut dihajar di sekitar masjid di Kampung Bali, Jakarta Pusat.

Faktanya, setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, orang yang dipukuli bernama Andriansyah alias Andri Bibir. Seorang pemuda berusia 29 tahun dan masih hidup. Tidak tewas seperti biral 

Dia bahkan menjadi tersangka kasus kerusuhan 22 Mei karena menyerang aparat. Andri Bibir juga diduga membantu pendemo dengan mengumpulkan batu dan menyiapkan air mineral untuk menghilangkan efek gas air mata.

Menjamurnya Hoax Sepanjang Aksi 21-22 Mei

Hingga hari ini, Sabtu (25/5) atau sejak hari Kamis tanggal 23 Mei, sehari setelah aksi 22 Mei, kondisi Jakarta relatif lebih kondusif. Tidak ada lagi aksi dengan jumlah massa yang besar seperti tanggal 21-22 Mei.

Namun efek domino destruktifnya masih terasa hingga sekarang. Salah satunya perang opini di kalangan elite politik dan masyarakat, serta merajalelanya berita hoax di sosial media.

Hoax yang berkembang sejak aksi 21-22 Mei kebanyakan menyudutkan Pemerintah dan Kepolisian sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berjatuhannya korban meninggal. Padahal penyebab utama meninggalnya masih simpang siur. Belum bisa dipastikan Polisi bersalah. Karena banyaknya kelompok perusuh yang menjadi penumpang gelap aksi tersebut.

Selain itu, keluhan banyak warga atas pembatasan koneksi jaringan internet dan sosial media sejak aksi 21-22 Mei hingga sekarang. Banyak yang menyalahkan pemerintah karena sejumlah warga yang mengandalkan jaringan internet dalam mencari nafkah seperti driver ojek online, pengusaha e-commerce, jasa pengiriman logistik, dsb.

Masyarakat harus memaklumi atas pembatasan sosial media oleh pemerintah. Mengingat daya hancur dari penyebaran berita hoax begitu luar biasa memecah belah bangsa. Dan bisa menyulut kerusuhan yang lebih luas akibat bertebarannya informasi hoax.

Quote